Welcome to our site

welcome text --- Nam sed nisl justo. Duis ornare nulla at lectus varius sodales quis non eros. Proin sollicitudin tincidunt augue eu pharetra. Nulla nec magna mi, eget volutpat augue. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Integer tincidunt iaculis risus, non placerat arcu molestie in.

OBSERVASI KALI PERTAMA

Minggu, 29 Oktober 2017


                                        




Jum’at siang (27/10), kami kelompok dua dari Fakultas Teknik prodi informatika yang beranggotakan 6 orang, terjun ke Desa bonang kec. Panyingkiran kab. Majalengka, dimana desa tersebut jauh dari pusat kota. Namun kami gembira karena di desa tersebut masih terdapat sebuah pohon beringin yang tampak indah. Dan merupakan salah satu lambang dari pancasilla. 


                                     SEJARAH SINGKAT DESA BONANG



            Pada zaman dahulu penyebaran agama islam, ditanah jawa Sunan Bonang dengan para pengikutnya istirahat dan tinggal di suatu tempat dan bermusyawarah, Beliau duduk di sebuah batu yang sekarang disebut pencalikan Sunan Bonang. Setelah tinggal beberapa lama ditempat tersebut, Sunan Bonang beserta pengikutnya kembali ke Jawa Timur.
Namun ada salah seorang pengawalnya yang memohon izin untuk menetap di tempat tersebut yaitu “Embah Buyut Sepuh  yang sekarang di sebut Embah Sepuh dan menetap sampai meninggal dunia di tempat tersebut yang makamnya di pemakaman pencalikan. 
            Pada masa itu Embah Sepuh  memberi nama Bonang untuk tempat tinggal anak cucunya karena mengenang  Sunan Bonang pernah singgah dan calik di tempat tersebut. (calik dalam bahasa sunda yang artinya duduk)
Konon ada dua saudara Embah Sepuh yang mencarinya dari kerajaan Mataram Raden Campadan Raden Mesir dan beliau meninggal dunia di makamkan di Bonang yaitu pemakamannya Buyut Raden.(Versi 1, Wallauhu Alam)
Demikian dan pada abad ke-18 di daerah Majalengka hiduplah seorang Ulama Islam bernama EMBAH SALAMUDIN beliau adalah seorang Wali yang bijaksana, Masyarakat Majalengka menganggap sebagai sesepuh. Beliau dipercaya menjadi  penengah dalam suatu  penyelesain dalam bidang agama, kemasyarakatan, pertanian dan pemerintahan kala itu.
            Pada suatu saat datanglah seorang utusan dari sebuah desa terpencil, orang tersebut  bernama EMBAH DEMANG, beliau mempunyai masalah kesulitan air untuk pertanian. Utusan tersebut menyatakan tentang daerahnya yang selalu tidak terbagi aliran air karena lokasinya yang berada  diujung barat. Walaupun desa itu berada di tepi sungai Sungai Cilutung ternyata tidak memanfaatkan air tersebut karena terlalu dalam untuk mencapai permukaannya.
            Mendengar laporan tersebut Embah Salamudin segera melakukan tapakur mohon petunjuk  dari Allah SWT, setelah bangun dari tapakurnya beliau mendapat wangsit, beliau segera berkata “KEBO OGE MENANG” (Jangan kuatir, meskipun paling akhir akan mendapat air juga).
Ucapan EMBAH SALAMUDIN ini kemudian menjadi patokan untuk membuat nama desa tempat EMBAH DEMANG bermukin. Nama desa tersebut adalah “BONANG” (dari ucapan kebo – kebo oge menang). Nama Bonang ini diperkenalkan saat desa ini dibawah pemerintahan bapak kuwu SANDA (putra EMBAH DEMANG)
“Nama Bonang juga diambil sehubungan pernah singgahnya SUNAN BONANG dan duduk di “BATU PANCALIKAN” dalam rangka siar islam.
                   
                                                        ***
           

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates