Jalanan sepi. Kristal bening mengguyur
permukaan bumi dengan gaya gravitasinya menghantam segala benda apa saja yang
dilaluinya. Tak satupun kendaraan yang berlalu lalang siang itu. Kabut tipis
menyelimuti jalanan. Sang anginpun ikut nimbrung dan menyatu dengan hujan. Seorang
lelaki tengah sibuk berkutat dengan ponsel di tangannya. Wajahnya tenang
menyembunyikan kegelisahan hatinya. Ia duduk di bawah naungan halte seorang
diri.
Anesa berlari-lari kecil menghampiri
halte, bibirrnya mengerucut, manyun. Mukanya di tekuk kusut bak baju belum di
setrika. Ia mengibaskan rok abu-abunya yang tengah basah kuyup, badannya
menggigil menahan dingin.
“Roy kemana sih? Masa adeknya sendiri di
biarin keujanan. Mana hp gua mati. Sial banget gua hari ini“ gerutu Anesa.
Ia menendang kaleng kosong di depannya.
Alhasil, kaleng itu melayang menghantam kepala seorang lelaki yang tengah ayik
dengan hpnya di pojok halte.
‘plukk’
Anesa tersentak. Dengan refleks, sebelah
tangannya menutup mulutnya Yang sedang menganga dengan tangan kirinya. Ia
sontak membalikkan badan membelakangi lelaki itu. Lelaki itu celingukan. Ia
menatap Anesa garang, sebelah tangannya memungut kaleng di bawah kakinya. Ia pun
beranjak dari tempat duduknya berjalan menghampiri Anesa. Anesa bergidik ngeri melihat
lelaki itu. Tangan lelaki itu terulur menepuk bahunya, Anesa tersentak. Dengan
kasar, Anesa menepis tangan lelaki itu.
“Apaan sih nepuk-nepuk bahu gua!”
Lelaki itu menatap tajam.
“Eh bray, maksud loe apa? Ngelempar
kaleng ini? Ngajak kenalan nih ceritanya?” sambil menyodorkan kaleng itu
kehadapan Anesa, menggodanya.
‘Waduh, ngimpi apa gue semalem? Sampe
ketemu makhluk aneh & pedenya selangit’ batin Anesa.
“Apa loe bilang? Gue makhluk aneh? Kalo
gua aneh, berarti loe lebih aneh donk dari gua! Tiba-tiba loe lempar kaleng
kosong ini ke kepala gua. Untung aja nih kepala ga benjol” tandasnya.
‘What? Dia bisa baca fikiran gua?’ batin
Anesa lagi
“Eh mas bro, siapa yang ngelempar kaleng
itu ke kepala loe?” tukas Anesa.
sebelum lelaki itu menyelanya, Anesa melanjutkan
serangan demi serangan yang membuat lelaki itu terpaku. Menghantamnya.
“Apa tadi loe bilang? Ngajak kenalan?
Sama cowok aneh kaya loe? Jangan mimpi deh!” seru Anesa.
“Bray, loe watados banget sih! Pura-pura ngga’
ngerasa lagi. Terus yang lempar kaleng ini siapa ha? Kalo bukan loe yang
lempar! Sadar dong! Disini kita berdua, ingat! Hanya B-E-R-D-U-A! hujan masih
deras gini, ngga’ mungkinkan kalo tetesannya yang lempar kaleng ini ke gua? Apalagi
hembusan angin, M-U-S-T-A-H-I-L!”
“Eh cowo aneh! Gua belom selesai ngomong.
Maksud gua, gua ngga’ lempar kaleng itu tapi gua ngga’ sengaja nendang tuh
kaleng! Gua juga ngga’ tau kalo kaleng itu bakal mendarat di kepala loe”
“nah, makanya jadi cewek jangan sok
jagoan, pake acara nendang-nendang segala! Emangnya bola? Tuh kaleng kenanya ke
gua ,coba kalo kenangan ke kepala bapak polisi. Loe bisa di tilang, di bawa ke
penjara, di hukum mati, terus loe di salib” Lelaki itu menakut-nakuti dengan
senyumannya yang menyeringai memamerkan deretan giginya.
“Haha…mana ada polisi yang mau nilang
gua, apalagi sampe di salib. Cewek semanis gua yang ada malah di taksir sama
tuh polisi.”
“Nah, kalo ternyata preman yang kena tuh
kaleng, apa loe mau sampe di kejar-kejar, terus di perkosa, ha?”
‘glekk!’
Skak, mulut Anesa terkunci rapat. Mati
kutu. Adu mulut berakhir. Anesa ngeloyor menghampiri bangku halte. Ia
menghempaskan pantatnya. Lelaki itu mengekor di belakangnya.
“Eh, loe ngapain ngikutin gua?” Tanya Anesa.
Belum sempat lelaki itu membuka mulutnya,
Anesa menyela.
“Wah, wah…jangan-jangan loe yang nafsu sama
gua” sahut Anesa sambil menuding dengan telunjuknya tepat di hadapan lelaki
itu.
“Woy…” lelaki itu mengibaskan tangan
kanannya di hadapan Anesa.
“Loe jangan ke ge-eran dulu deh! Gua
ngikutin loe karna loe belum minta maaf sama gua”
“Ngapain gua harus minta maaf sama loe?”
“Loe bener-bener cewe resek yah. Ga
ngerasa sama sekali atas kesalahan terbesar loe?”
“Jangan harap deh gua bisa minta maaf ke
loe! Tandas Anesa.
“Tunggu! Gua ke sini, karna emang dari
tadi gua duduk di bangkui ini sebelum loe nongol dan ngelempar kaleng ini ke
gua” tukas lelaki itu.
Wajah Anesa merah padam. Bus melintas di
hadapan mereka. Sang kondektur menawarkan tumpangannya. Anesa beranjak dari
duduknya.
“Mau ke mana loe? “ Tanya lelaki itu
“Pulanglah! Emang loe fikir gua di sini
mau nginep apa? Enak aja!” Anesa melengos, ia melangkahkan kakinya menghampiri
bus yang tengah menunggunya. Dengan langkah cepat, lelaki itu menghampiri bus
itu mendahuluinya masuk ke dalam bus.
‘Very annouying!’ sungut Anesa dalam
hati.
Di dalam bus, Anesa merasa tersiksa.
Bangku yang tersisa tinggal dua, itu pun di pojok. Mau tak mau Anesa
menghampiri lelaki itu yang di anggapnya aneh. Lelaki itu dengan tenang duduk
di bangku paling pojok sambil berkutik dengan ponsel di tangannya.
“Loe mau duduk di sebelah gua? “ Tanya
lelaki itu. Anesa bergeming.
“Udahlah, loe ngga’ usah sok jaga image
gitu! Gua tau loe…”
“Eh bro, kayaknya gua harus mikir-mikir
dulu deh untuk duduk di samping loe!” potong Anesa.
“Halah, cewek emang sok jual mahal,
padahal doyan. Haha” celetuk seorang lelaki sangar di depan Anesa yang tengah
duduk sambil menghisap rokok kreteknya.
Anesa masih berdiri, ia hendak ingin
membalas hinaan lelaki sangar itu namun ia terlonjak saat sebuah tangan
menariknya hingga ia terduduk di samping lelaki itu.
“udahlah, loe ngga’ usah ladenin mas-mas
itu. Kalo loe ingin aman! “ sahut lelaki itu setengah berbisik.
Anesa mendecak sebal. Ia memalingkan
wajahnya. ‘masa bodo’. Yang ia inginkan saat ini hanya cepat sampai rumah dan
ngomel-ngomel sang kakak.
Selama perjalanan, Anesa bergeming.
Walaupun lelaki di sampingnya berusaha mengajaknya bicara. Rintik-rintik hujan
masih turun dengan derasnya. Ia masih menata hatinya yang di penuhi amarah.
“Gua turun di sini, loe hati-hati deh!”
ucap lelaki itu.
Ia beranjak dari duduknya melangkah
menuju pintu bus. Menghilang. Anesa masih bisa melihat dari kaca jendela.
Lelaki itu menatapnya, tangannya melambai tanda kemenangan.
* * * * *
* * * *
Seragam putih abu-abu Anesa basah kuyup.
Ia berlari-lari kecil menghampiri teras depan rumahnya ‘kalo gua lewat depan,
tuh lantai bakal basah. Yang ada gua malah di omelin’ batinnya. Ia pun
memutuskan untuk lewat belakang.
Seusai mandi, ia beranjak menghampiri
kamar Roy. Ia mengetuk pintu kamar sang kakak dengan tidak sabar. Ia memegang gagang pintu.
“Non Nesa…” panggil salah satu pembantu yang sangat di sayangi anesa. Bi
Imah.
“Iya bi…” Anesa menyahut, tangannya masih memegang gagang pintu.
“Minum teh hangatnya dulu non” pinta bi Imah dari jauh. Setengah berseru.
“Di taruh di kamar Nesa aja bi. Nesa masih ada urusan” seru Anesa.
Ia membuka pintu dengan seribu langkah.
Ia menubruk Roy dengan ganas bak banteng melihat kain merah. Lalu memukulnya
dengan beringas.
“Apa-apaan sih dek!” Roy menepis setiap pukulan Anesa.
“Loe tega amat sama gua. Amat aja kagak setega tuh” Anesa manyun. Roy
mencubit hidung Anesa yang termasuk kategori mancung.
“Sorry deh, gua ada mata kuliah barusan. Nih aja baru balik”
“Halahh, alasan! Bilang aja kalo loe males jemput gua karna hujan. Atau
jangan-jangan loe abis ngapel yah sama pacar loe yang noraknya selangit”
selidik Anesa
“Norak banget loe dek!”
‘ttukk’
Tangan roy mendarat di kepala anesa.
Menjitaknya.
“Aww..sakit tau!!” rengeknya. Roy memeletkan lidahnya. Ia ngeloyor
meninggalkan sang adik. Anesa menguntut dari belakang sambil nyerocos.
“Kalo loe ngga’ telat jemput gua, mungkin gua ngga’ akan capek-capek lari
nyampe halte. Keujanan, ketemu cowok aneh & pedenya selangit, naik bus
ketemu cowok sangar, basah kuyup. Loe ngga’ ngerasaain penderitaan gua! Untung
aja gua ngga’ sampe di culik” cerocos Anesa meluapkan emosinya.
Roy mengambil soft drink dari lemari es,
menenggaknya.
“Hp gua mati roy! Gara-gara tadi keujanan. Loe harus gantiin!”
‘uhuk-uhukk’,
roy tersedak.
“Loe cerewet banget sih dek. Terus yang lagi menderita kan loe dek,
kenapa gua yang kena?”
“Ih loe gitu banget sih Roy, ini juga kan gara-gara loe ngga’ jemput
gua!”
“Tadi kan gua udah bilang dek, gua itu…”
“Gua benci sama loe!” potong Anesa. Ia berlari ke kamarnya.
“Yah dia ngambek…”
Anesa berpapasan dengan sang ayah di
tangga hampir menabraknya.
“kenapa lagi sayang? Pasti berantem lagi yah sama kakak kamu, Nes?” Tanya
sang ayah, Didi.
Anesa tidak menggubris. Ia berlari hingga
terdengar bantingan pintu kamarnya.
‘brakk!’
Ayahnya hanya bisa geleng-geleng kepala
melihat kedua anaknya. Ia mengambil Koran di meja kerjanya.
Ponsel Roy bergetar, tertera nama ‘Haykal’
di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama ia mengangkatnya.
“Roy, rumah loe dimana sih? Dari tadi gua muter-muter nyari alamat rumah
loe ampe nyasar nih gua” gerutu Haykal di sebrang telpon.
“Trus sekarang loe dimana?”
“Di kafe tempat biasa kita nongkrong”
“Oke, gua kesana sekarang”
“Siip deh, gua tunggu!”
‘Klik’
Telpon mati.
Roy meluncurkan avanza hijau toscanya
keluar rumahnya terbang menyusuri pelataran jalanan yang berlau lalangnya
kendaraan. Lampu-lampu menerangi jalanan, cahayanya temaram.
Anesa berdiri di balkon kamarnya. Di
sampingnya telah siap dengan teleskop. Malam ini ia ingin meneropong sang
bintang yang berkelap-kelip dengan indahnya. Senyumannya mengembang saat
menemukan segerombolan bintang Sirius.
‘clak..clak..clakk’
Butiran Kristal kembali tumpah
kepermukaan bumi. Menyerbu alam jagad raya. Menyeruak ke setiap penjuru
penghuni bumi dan menghantam segala yang di laluinya. Mendung tampak gelap di
langit kota Jakarta ini
“Loh, kok ujannya turun lagi sih…tuh kan siriusnya pada sembunyi”
gerutunya.
‘tinn…tinn…tinn’
Avanza hijau tosca bertengger di depan
gerbang istana seraya menjerit-jerit meminta pertolongan. Satpam penjaga istana
membukakan gerbang istananya dengan payung di tangannya. Avanza hijau tosca itu
meluncur masuk kedalam kandangnya untuk di istirahatkan. Satpam menutup
gerbangnya lagi.
Anesa memperhatikan mobil kakaknya yang
telah masuk ke kandang rumahnya. Garasi.
“Abis ngapain tuh brother malem-malem gini baru dateng?”
‘Ahhaa’ fikirnya
“Kebetulan nih, gua kan lagi laper banget. Barangkali dia bawa makanan
dari luar. Asyikk…” ia tersenyum jail.
Baru saja anesa melangkahkan kakinya, ia
melihat kebawah dimana sang kakak keluar dari mobil kesayangannya.
“Tunggu! Loh, brother ngga’ sendirian. Dia sama temennya. Ah bodo amat!
Turun ah..” tuturnya cuek.
Anesa menuruni anak tangga dengan
langkahnya yang cepat. Saking cepatnya, ia tak menyadari seseorang di depannya
tengah berdiri membelakanginya. Ia menabraknya. Keduanya terkejut saat seseorang
itu balikan badannya ke arah anesa yang sedang mengusap-usap jidatnya.
“L-loe?” seru keduanya serempak
“Ngapain loe di sini?” Tanya lelaki itu.
Sebelum Anesa ingin menjawabnya, lelaki
itu melanjutkan pembicaraannya lagi
“Wah, loe pacar…simpanannya Roy yah? Atau loe pembantunya. Hemz, bukan, loe…”
Dengan geram, Anesa memotongnya.
“Ini rumah gua! Roy kakak gua, loe jangan sok tau gitu deh!”. lelaki itu
manggut-manggut.
“Haykal…” panggil Roy.
Roy menghampiri keduanya setelah melihat
Anesa dan Hhaykal tengah berhadapan.
“Loe kenal dia dek?” Tanya Roy
“Dia cowok aneh yang gua ceritain tadi roy!” tukas Anesa
“Ehh apaan sih, gua bukan cowok aneh keyless. Gua normal bray!”
“Iya loe kagak aneh tapi G-I-L-A!” tandasnya
“Roy, adek loe resek banget sih. Masa tadi siang di halte dia nendang
kaleng kena kepala gua? Untung aja nih kepala kagak benjol” cerocos lelaki itu
yang ternyata Haykal
“Hahaha. . . “ roy tertawa meledek. Anesa mencibir
“Loh, kok loe jadi ketawain gua sih?”
“Kalian jodoh kali!” sahut Roy sambil berjalan menghampiri dapur.
Anesa dan Haykal saling pandang.
“Gue, jodoh sama loe?” Tanya keduanya
Anesa bergidik ngeri. Ia ngeloyor
meninggalkan Haykal yang masih agak terkejut dan hampir pingsan
“Bawa makanan yang anget dari luar ngga’ Roy?” Tanya Anesa saat Roy
tengah menyiapkan sebuah makan dari kantong plastik
“Bawa dong..enak lagi. Hemz..apalagi nih makanannya anget. Pas banget ama
suasana hujan yang dingin kaya gini. Loe pasti ngiler deh” cerocosnya sambil
tersenyum jail. Anesa mendekat.
“Eitsz…tapi nih makanan bukan buat loe dek.” Tukas Roy. Anesa cemberut
“Oh… loe tega ama gua Roy! Masa buat adek sendiri ngga’ boleh sih. Nih
ketiga kalinya loe memperlakukan gua semena-mena. Loe jahat!”
“Bodo!” ia menjulurkan lidahnya sambil menuangkan air hangat ke gelas
yang diisi dengan kopi lalu mengaduknya.
“Gua bilang papah nih, biar tau rasa!”
“Wah, ngadu…”
“Biarin, kan seharusnya loe tau, sebagai kakak harus peduli sama adeknya”
“Loe ngga’ ngomong sih”
“Loe aja kagak ngomong sama gua klo loe mau keluar”
“Gimana gua mau ngomong dek. Loe aja lagi ngambek. Gua kan tau kalo loe
lagi ngambek kayak apa”
“Tapikan sekarang gua laper bingit Roy” pekik Anesa setengah merengek.
“Laper banget dek?”
“Bingitt…”
“Sama, gua juga” Roy menjulurkan lidahnya meledek.
“Wah, sialan loe kak!”
“Ya udah ngga’ gua kasih kalo gitu”
“Annouying bingit loe!”
Roy tidak menggubris. Ia membawa 2 piring
berisi makanan dan meninggalkan 2 gelas kopi berharap adeknya membawakannya ke
ruang tamu.
“Nih makanan dah datang” sahut Roy sambil tersenyum.
“Asyik, gua dah laper banget nih” Haykal mencomot sepotong pizza di meja
yang telah di sodorkan Roy di piringnya. Ia mengunyahnya.
“Tadi adek loe kenapa Roy?”
“Oh… Nesa maksudnya?”
“Jadi, adek loe namanya Nesa” Roy mengangguk sambil mengunyah pizzanya.
“Dia lagi kelaperan”
“Trus loe kagak kasih pizza kita?”
“Nanti aja kalo dia nganterin minumnya baru gua kasih”
“Wah loe jail”
“Nesa…!” panggil Roy, tak ada jawaban.
“Are you still there my young sis?” tak ada sahutan
“Nesa, minuman kakak mana yang tadi udah gua sediain. Kok loe ngga’
nganterin kesini sih!” seru roy lagi.
Haykal beranjak dari duduknya
“Mau kemana loe?”
“Ke dapur, ngambil minuman”
Anesa duduk di samping rumhnya. Ia sibuk
dengan ponsel ditangannya. Angin malam membelai wajah Anesa seraya menyapanya.
Hujan masih setia mengguyur jagad raya. Anesa berdiri menghampiri pagar teras rumahnya.
“Nesa...” panggil Haykal. Anesa bergeming lalu menghela nafasnya.
“Mau apa loe ke sini?” tanyanya cuek tetap membelakangi Haykal. Haykal
berdiri di ambang pintu. Tersenyum.
“Katanya loe laper”
“Kata siapa?”
“Kata kakak loe lah, masa kebo”. Anesa mendecak sebal.
“Gue ngga’ jadi laper setelah lihat loe” jawabnya ketus
“Hebat banget dong gua kalo gitu” sahut Haykal
Anesa membalikkan badannya menghadap Haykal
yang sudah duduk di kursi teras. Haykal merasakan perubahan ekspresi cewek di
depannya. Ia buru-buru menjawab perubahan ekspresi itu sebelum Anesa angkat
bicara.
“Yah…buktinya aja. Setelah liat gua, loe jadi kenyang.” Kata Haykal. Ia
nyengir kuda memamerkan deretan giginya.
“Woy bro…gua bukannya kenyang tapi enek liat loe jadi pengen muntah!”
tandas Anesa sadis.
“Wah, sama kakak kelas kok gitu dek” sahut Haykal lembut
“Gua ngga’ sudi di panggil dek sama loe”
“Ya udah, untuk malam ini gua ngalah aja deh. Nih pizzanya” Haykal
menyodorkan 2 potong pizza berukuran bug size di atas meja yang di simpan di
piring. Anesa bergeming.
“Biar ngga’ laper lagi Nes. Kasian tuh perutnya. Cacingnya berontak minta
di kasih pizza” ledeknya. Anesa menggertakan giginya membuat Haykal ingin
ngakak.
“Gua udah makan!”
“Loh, tadi Roy bilang keluargamu makan di luar. Bi Imah dan pembantu lain
lagi pulang. Jadi ngga’ ada makanan buat malem ini”. Para pembantu memang lagi
cuti sih. Ayahnya ada tugas dari kantornya, ibu mereka memang sudah 2 tahun
meninggalkan mereka
“Duduk dong! Ga usah jaim lagi”
Dengan berat hati Anesa menaruh pantatnya
di kursi depan Haykal yang di batasi sebuah meja. Roy melongokkan kepalanya
dari balik pintu.
“Wah, jadi kalian disini rupanya. Gua ngga’
di ajak nih?”
“Sorry Roy, gua malah keasyikan berdua sama adek loe nih” sahut Haykal
jail sambil melirik Anesa. Anesa menatapnya tajam.
“Katanya loe laper dek?” tanyanya seraya menghampiri sebuah kursi di
samping mereka. Ia duduk.
“Ya udah, nih gua makan pizzanya”
“Nah gitu dong! Ngga’ usah jaim segala” ucap Haykal.
“Oh iya dek..”. ucap Roy
“Haykal lagi ada tugas di kampusnya. Untuk beberapa bulan dia akan
tinggal bersama kita”
Anesa tersedak.
“Nih minum!” kata Roy
“Kakak juga udah izin sama ayah, dia udah ngizinin kok. Nah loe setuju
kan?”
“Ya gua kan ngga’ ada hak disini. Yang ada hak untuk itu kan ayah”
“Nah, ya udah gua anggep loe setuju”
Anesa melanjutkan mengunyah pizzanya.
“Dan untuk beberapa bulan juga, ayah ada tugas ke luar kota, para pembantu
juga minta cuti pulang kampung kecuali satpam”
“Berarti kita di rumah ini bertiga dong?” tanyanya shock.
“berlima Anesa sayang..”
“Iya berlima tapi kan pak Jaja sama pak Bowo jarang di rumah”
“Tapi kan intinya berlima Anesa sayang”
Anesa menghela nafas. Pizza di piringnya
habis tak tersisa.
Pagi yang cerah. Semburat senyum di wajah
Anesa menghilang saat ia berpapasan dengan Haykal di tangga.
“Mau berangkat sekolah kan?” Tanya Haykal
“Ngga’, gua mau mejeng!” tukasnya cuek.
“Sebelum berangkat sekolah, loe sarapan dulu gih..” pintanya lembut.
“Tanpa loe minta juga gua bakal sarapan dulu keyless” ujar Anesa
Anesa menghampiri meja makan. Ia mencium
aroma nasi goreng yang membuatnya ingin cepat-cepat mencicipi. Aromanya menusuk
ke hidung, sedap. Ia mengambil piring yang sudah di sediakan dan mengambil
beberapa bagian. Satu sendok telah masuk ke mulutnya
“Enak banget..” gumam Anesa. Haykal berdiri tak jauh darinya. Membuat
cowok itu mengembangkan senyumannya.
“ngga’ di ajak nih gua nya?” candanya
Anesa terhanyut dengan nasi goreng di
hadapannya.
“Enakan, nasi gorengnya?”goda Haykal.
Anesa dengan cepat menghentikan
kunyahannya. Ia tersadar, ‘siapa yang udah bikin nasi goreng ini? Roy ngga’
mungkin banget. Paling dia masih molor’ batinnya. Haykal melambai-lambaikan
sebelah tangannya di hadapan Anesa.
“Roy kemana?” Tanya Anesa
“Masih di kamarnya”
“Terus yang bikin nasi goreng ini siapa?”
“Siapa lagi kalo bukan gua”
“Wah sombong!” Haykal tersenyum jail. Anesa beranjak dari duduknya
setelah menghabiskan setengah piring nasi goreng lalu meneguk air putih yang
tersisa setengah gelas.
“Mau berangkat sekarang?” Tanya Haykal.
“Bukan urusan loe!”
“Nesa, hari ini gua yang nganterin..”
Anesa menghentikan langkahnya. Ia tercekat.
“Apa loe? Nganterin gua”
“Ngga’ usah shock gitu deh nona Anesa yang terhormat” Anesa bergeming.
Masih shock
“Takut telat, yuk gua anterin..”
Haykal menarik tangan Anesa. Anesa
menepisnys
“Gua bisa sendiri”
Anesa dengan berat hati masuk ke mobil
BMW-nya Haykal yang tadi pagi di kirim oleh temannnya dari bengkel.
“Nes..”
Anesa tak menggubris
“Anesa..” panggilnya lembut
“Apa?”
“Kok loe cerewet banget sih jadi cewek?”
“Kalo loe lagi nyetir ya nyetir aja! Ngga’ usah Tanya-tanya!”
Haykal tersenyum kecut. BMW itu menepi
tepat di depan gerbang SMAN 147 Jakarta.
Anesa turun dari BMW itu
“Nes..belajar yang rajin ya”
Anesa tak mengucapkan apapun. Ia menyeret
kakinya dengan langkah terburu-buru.
Haykal meluncurkan BMW-nya meninggalkan
SMAN 147 Jakarta. Tiba-tiba ingatannya kembali pada saat pertama Anesa menuruni
anak tangga. Ia mengenakan seragam batik SMA-nya. Bando menghiasi rambutnya
yang sengaja di gerai. Wajahnya natural tanpa make up yang terpoles di
wajahnya. Senyumannya yang terlihat ceria, tatapan matanya bak mata elang yang
menatap tajam. Cara bicaranya yang cerewet tapi khas banget. Ia suka Anesa yang
seperti itu.
‘Kenapa gua mikirin cewek cerewet itu’ desahnya.
Ia tersenyum kecut. Tangannya bergerak
menekan tombol on pada DVD-nya. Lagu I’m fallin love nya j-rock mengalun
mengisi ruangan mobil BMW-nya.
Roy terbangun dari alam bawah sadarnya.
Ia bangkit dari tidurnya. Menyambar handuk yang tergantung di pintu kamar mandi
kamarnya. Selang berapa menit ia kembali dari kamat mandi. Ia membuka pintu
lemari. Mengambil celana jins dan kaos kream pendek. Ia menuruni anak tangga,
melangkah ke dapur
“Haykal mamang jago masak”. Ia tersenyum saat melihat sepiring nasi
goreng utuh di atas meja makan. Ia menyantapnya.
Haykal memarkirkan BMW-nya di parkiran
kampus universitas islan negri Jakarta. Ia turun dari BMW-nya. Seorang cewek
menghampirinya.
“Hai sayang..” sapa cewek itu
“Angel, gua bukan pacar loe lagi. Faham!”
“Iya gua tau..ngga’ ada salahnya kan kita balikan lagi? Kita mulai dari
nol..” sahut Angel.
Haykal tak menggubris. Ia menyeret
kakinya ke lapangan basket bergabung dengan teman-temannya.
“Pagi bro..” sapa Haykal. Tangannya melayang di udara, Alex menerpanya
“Juga, Oh ya, loe udah tau belom kal?
“Apaan?”
“Dosen kita lagi kewalahan ngadepin senior-senior kita yang lagi nyiapin
demo gara-gara salah satu temenya di DO. Padahalkan bentar lagi mereka akan
ujian” terang Alex
“Lah, tuh senior di DO gara-gara apa?”
“Nah itu yang gua tanyakan”
Haykal duduk di samping Alex. Beberapa
menit kemudia para mahasiswa mahasiswi berlalu lalang memasuki kelasnya
masing-masing
Anesa terpekur dengan khayalannya.
Pandangannya nanar menembus cakrawala. Ingatannya kembali pada saat menuruni
anak tangga. Menghirup aroma nasi goreng yang lezat di pagi hari yang jarang
banget di lakukannya. Melihat sosok asing yang baru kemarin di kenalnya.
Rasanya pagi ini berbeda dari biasanya. Tunggu..! bahkan, kedatangan Haykal di
rumahnya membuat ia bergidik ngeri.
Setiap ketemu tuh cowok. Pasti bawaannya
mangkel. Anesa menghela nafasnya berat. Lalu menghembuskannya dengan perlahan.
“Nes..”
Anesa membuyarkan lamunannya. Ia melirik
ke arah Frian. Sang kekasih hatinya yang tengah berdiri di belakangnya. Frian
memasang tampang ceria agar Anesa bisa tersenyum kembali di pagi ini. Frian
mengambil bangku tepat di samping kekasihnya di saat jam isitirahat berbunyi.
“What happened my princess?” Tanya Frian. Anesa menggeleng males rasanya
menceritakan kedatangan orang asing di rumahnya pada kekasihnya itu.
“Princess, keep smilling…please!” Frian memohon. Ia menggapai tangan kanan
Anesa yang sedari tadi bertengger di atas mejanya. Anesa tetap bergeming.
“My prince..”bisik Anesa
“Yes honey”
“Sebaiknya kita ke kantin yuk!” ajak anesa. Frian tersenyum lalu
mengangguk.
Hingar binger kantin cukup rame siang
itu. Untung saja masih ada tempat untuk Anesa dan Frian. Mereka berdua menuju
tempat yang masih kosong. Orion and the gank mengambil tempat kosong itu, di
tangan orion bertengger semangkuk bakso lalu sengaja menabarak Anesa. Dengan
langkah yang cepat, Frian ingin sekali melindungi ceweknya namun ia terlambat,
semangkuk bakso itu tumpah mengenai seragam batiknya. Anesa kepanasan.
“Aww…” jerit Anesa
“Oops..i’m sorry my dear Anesa” ucap Orion
Anesa menatapnya tajam. Begitupun Frian.
Tak kalah tajamnya. Frian melangkah maju
ingin memukul bahkan menonjok Orion tapi tangan anesa menahannya.
“Biarkan saja!” bisik Anesa
“Gua peringatin ya, kalo loe sekali lagi bikin cewek gua menderita. Loe
bakal lebih menderita lagi dari dia. Gua ga segan-segan bunuh loe!” maki Frian
sambil mengambil krah baju Orion. Orion hanya cengengesan.
“Wow..masih ada pelindung rupanya” sahut Bima anak buah Orion.
“Gua muak sama loe!” cecar Anesa tepat di muka Orion. Ia berlari
meninggalkan kantin. Frian menyusulnya.
BMW merah metalik bertengger di depan
gerbang sekolah SMAN 147 Jakarta. Sang pengemudi memundurkan mobilnya agar
siswa-siswi yang berlalu lalang meninggalkan sekolahnya tidak terhalang oleh
mobilnya. Pengemudi itu tengah menunggu seseorang yang baru saja ia kenal
Anesa berjalan bersampingan dengan teman
sebangkunya Sonya. Meninggalkan SMAN 147 Jakarta.
“My princess..” panggil Frian
Anesa menoleh ke arahnya
“Gue anterin pulangnya ya” tawar Frian
“Gua di jemput sayang”
Anesa melihat sebersit kecewa di raut
muka Frian
“Ya udah kalo gitu, gua balik. Hati-hati ya” Frian mengecup keningnya. Ia
berlalu meninggalkan mereka
Haykal melambaikan tangan kananya saat
menemukan orang yang tengah di tunggunya. Ia tersenyum.
“Jemputan gua udah nunggu. Duluan yah” pamit Anesa. Sonya tersenyum.
Anesa berlalu.
“Kok yang jemput bukan kak Roy yah?” fikir Sonya, heran.
Anesa
menghampiri Haykal yang tengah menunggunya. Haykal tersenyum,. Anesa memasang
tampang dingin sedingin salju di dua kutub.
“gimana belajarnya?” Tanya Haykal lembut
Anesa melengos. Ia masuk kedalam mobil.
Haykal hanya mampu menghela nafas dengan tingkah adiknya Roy itu. Teman kuliahnya.
Haykal berjalan menghampiri pintu mobil. Ia masuk mengemudi.
Haykal menyulut rokoknya, menhisapnya.
Asap-asap kecil yang keluar dari mulutnya berkeliaran di ruangan BMW-nya. Anesa
hampir saja batuk sebelum tangannya menggapai hidung mancungnya.
“bisa ngga’ sih loe ngerokok ngga’ di dalem mobil?” terka Anesa sengit.
Haykal tak menjawab.
Broken angel-nya Arash feat Helena
mengalun menyelimuti BMW itu. Haykal menoleh ke arah Anesa. Ia mengernyitkan
keningnya,
“Seragam loe kok basah Nes?”
“Ngga’ usah Tanya-tanya!” tandas Anesa
“Kenapa sih loe cuek banget sama gua? Gua kan temen kakak loe”
“Loe temen kakak gua bukan berarti loe temen gua” ungkapnya.
Hening…
Im so lonely broken angel
I’m so lenely listen to my
heart
Haykal memutar arah jalan ke selatan
“Kok lewat sini sih?”
“Kita mampir dulu”
“Ahh bête banget gua ma loe! Gua pengen cepet balik. Gua dah ngga’ nyaman
ma bajunya nih..” Haykal menurut.
* * * * *
*
Anesa berpapasan dengan Roy di ruang
tamu. Jalannya tergesa-gesa
“Kenapa baju loe dek?”
Anesa mengangkat tangan tanda jangan
banyak Tanya. Roy sudah tau dengan kode seperti itu. Roy mengalihkan
pandangannya. Haykal menggeleng
‘brakk’
Dentingan pintu kamar anesa berbunyi
nyaring, menggetarkan suasana rumah yang teramat sepi itu.
“Arghh..Orion sialan!” umapatnya
“Ngga’ di rumah, ngga’ di sekolah. Ada aja yang bikin gua bête setengah
mampus”
Ia meraih handuknya yang tergantung di
pintu kamar mandi kamarnya. Ia masuk menggantikan pakaiannya.
Roy dan Haykal berbaring di sofa sambil
menonton tv ditemani cemilan di atas meja. Roy sibuk dengan ponsel di tangannya.
Haykal sibuk dengan fikirannya.
“Adek loe cuek banget ya ma gua” ujar Haykal
“Biasa..dia emang gitu kalo sama orang asing”
“Tapi kan gua temen loe!”
“Menurutnya, loe temen gua bukan berarti loe temennya juga, Kal!”
Haykal terdiam mencerna ucapan sahabatnya
itu
“Loe sabar aja!”. Haykal mengangguk
“Tadi loe kuliah?” Tanya Haykal
“Kagak! Dosennya lagi pada sibuk”
“Bukannya sibuk, man! Para dosen kewalahan ngadepin para senior yang mencoba
demo gede-gedean” terang Haykal.
Roy bangkit dari pembaringannya mengganti
posisi hingga ia duduk. Haykal buru-buru menjelaskan sebelum Roy angkat bicara
“Para senior ngga’ pada terima salah satu temannya di DO man!”
“DO??”
Haykal menggangguk
“Mereka kan bentar lagi ujian?”
“Nah itu dia yang sedang di pertanyakan”
Ponsel Roy bergetar. Ia melihat ke layar
ponselnya. Ia menjawab telpon dari seseorang. Ia bangkit meninggalkan Haykal di
ruang TV.
Senja mulai menyingsing dari ufuk barat.
Angin sore itu menerpa rambut Anesa yang tergerai sebahu. Ia termenung di kursi
samping kolam renang. Kedua tanggannya menopang dagunya.
Sebuah tangan terulur menawarkan jus
alpukat tepat di depan muka Anesa. Lamunannya buyar. Haykal tersenyum. Ia
meletakkan segelas jus alpukat di hadapan Anesa
“Gua tau. Loe cewek cerewet yang selalu ceria. Semenjak kedatangan gua di
rumah loe. Loe jadi dingin dan senyuman loe ngga’ seceria lagi” tutur orang itu
“Apaan sih loe!” tukas Anesa
“Nes..hidup itu harus menerima. Orang asing bukan berarti penjahatkan?
Gua temen kakak loe dan gua pun ingin berteman dengan loe”
Anesa bergeming
“Gua ngga’ mau loe tersakiti, terkhianati, terluka, karna gua ingin jadi
pelindung loe. Itu sebabnya gua dekatin loe Nes”
Anesa tercekat
‘Nih orang lagi ngomong apaan sih’ batinnya.
“Gua minta maaf soal insiden waktu itu” haykal mengulurkan tangan
kanannya.
‘Dia minta maaf, mungkin sebaiknya gua pun..’
Butiran bening mengguyur permukaan bumi
sore itu. Haykal yang tengah menunggu uluran tangan dari Anesa segera
menariknya. Merangkulnya agar cewek itu tidak kehujanan. Keduanya berlari-lari
kecil menghampiri istana. Berlindung dari tetesan hujan.
Pelataran rumah itu licin di guyur hujan.
Anesa hampir terpeleset kalo saja tangan haykal tidak melindunginya. Anesa
jatuh kepelukan haykal. Mata keduanya beradu. Ada rasa hangat dan nyaman
merasuk kejantung Anesa. Dengan cepat, Anesa menegakkan tubuhnya. Pipinya merah
padam. Haykal melihat semburat merah di pipi gadis itu sebelum gadis itu
mengalihkan pandangannya. Anesa berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan
haykal tanpa sepatah katapun
Tetesannya masih mengguyur alam jagat
raya dengan setia. Anesa bersembunyi di balik selimut menutupi sebagian badannya.
Pandangannya lurus ke arah televisi di ruang keluarga. Ia berbaring di sofa.
“Kak Roy..loe dimana?” teriak Anesa
“Roy sedang keluar sama pacarnya. 15 menit yang lalu” timpal Haykal.
“Terus loe sendiri ngga’ jalan sama pacar loe? Ini kan malem minggu..”
sahut Anesa
Satu pesan masuk ke dalam ponselnya
prince Frian
maaf princess..gua ngga’ bisa datang ke rumah malam nie
ujannya gede banget sih..
maaf ya sayang…
Anesa mengabaikan pesan dari pacarnya
“Jalan yuk Nes..” ajak Haykal
“Ah males..!”
“Pliss..”
Haykal menarik tanga Anesa agar gadis itu
bangun dari balik selimutnya. Anesa menyerah.
“Iya, iya..gua ganti baju dulu kalo gitu”
‘Siip’ batin Haykal. Ia tersenyum.
BMW merah metalik keluar dari istana
setelah pak Bowo membukakan gerbang.
“Pacar loe sendiri ngga’ ngajak jalan, Nes?”
Anesa mendecak sebal
“Dia ngga’ mau datang kalo ujannya gede kaya gini”
“Wah…ngga’ ada pengorbanannya sama sekalia tuh. Masa gara-gara hujan ngga’
datang sih” cerocos Haykal.
“Dia naik motor, bego” desis Anesa. Air hujan yang lebat membuat Haykal
tidak mendengar desisan Anesa.
Innocence-nya Avril Lavigne mengalun di
ruangan bmw itu. Haykal mendaratkan BMW merahnya di parkiran mall Cijantung.
“Biar loe ngga’ bête gara-gara pacar loe ngga’ datang, ada game yang seru
loh…”
“Emangnya loe tahu game kesukaan gua?”. Haykal mengangguk
“Ice skating sama bowlingkan?” nadanya menggoda
“Kok loe tau sih??” sumring di mimik Anesa
“Iya dong..sang pelindung putri kan harus tau” godanya.
Anesa memukul pelan tangan Haykal. Haykal
mengembangkan senyumnya. Haykal menggandeng tangan Anesa. Tepat di lantai 5
mereka kegirangan.
“Gua pengen seluncur dulu…” seru Anesa
“Boleh…kita balapan…oke?” tantang Haykal
“Siapa takut!”
Keduanya memakai skate. Terjun ke salju.
Tawa mereka tak henti-hentinya. Anesa menemukan dunia barunya malam ini.
Berseluncur tak semudah yang kita bayangkan. Kalau yang bermainnya belum bisa
mengendalikan skate. Tuh orang bakal jatuh. Untung saja princess Anesa begitu
jago memainkan skate-nya. Berseluncur di salju buatan.
“Huaaw..gua menang!” seru Anesa disusul Haykal.
“Gimana sekarang? Udah lebih fresh?”
Anesa mengangguk. Haykal menggapai kedua
tangannya.
“Izinkan gua jadi pelindung loe, princess” ucapnya tulus.
Anesa melihat ketulusan yang tersorot
dari mata lelaki itu. Anesa melepaskan tangannya dari genggaman Haykal. Ia
berlai memainkan skate-nya. Mengatur detak jantungnya yang seakan berhenti
berdetak.
Selesai main time zone, teruatama
bowling. Keduangnya menaiki lift ke lantai 6. Perut keduanya keroncongan minta
di isi. Cacing-cacingnya berontak mencabik-cabik perut. Anesa memilih tempat di
ujung yang menghadap jendela. Keduanya duduk berhadapan. Pelayan menghampiri
keduanya.
“Loe pesan apaan Nes?”
“Gua lagi pengen ayam di baluti mayones sama saus pedas. Kayanya enak
banget”
Haykal berbicara dengan pelayan memesan
menu. Sambil menunggu pesanan. Anesa mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba
berdetak cepat. Pelayan itu kembali dengan 2 piring dan 2 gelas di tangannya.
Pelayan itu berlalu. Keduanya menyantap makannya masing-masing
“Emangnya rumah loe jauh ya dari kampus?”
Haykal mengangguk
“Untung kakak loe berbaik hati sama gua. Menampung gua di rumahnya”
Makanan mereka telah habis. Mereka masih
menikmati obrolannya. Satu pesan masuk di ponsel anesa
089663874xxx
My dear Anesa, malam ini loe kencan sama siapa?
Mesra banget kayaknya, apalagi…saat main skating
‘glekk’
‘Ini pasti Orion!’
Ia mngedarkan pandangannya. Mencari ke
sekeliling restaurant.
“Kenapa Nes?”
“Ngga’ apa-apa, balik yuk!”
Keduanya beranjak dari tempat. Baru 3
langkah. Pandangannya melihat sosok yang sangat ia kenal. Ia berniat
menghampirinya. Ia tercekat saat seorang cewek tersenyum dan mendekatinya.
Lelaki itu menggandeng tangan cewek bahkan merangkulnya. Keduanya tersenyum
mesra. Anesa mendekati pasangan yang tengah memasuki toko perhiasan
“F-R-I-A-N..!” seru Anesa geram.
Pasangan itu menoleh
“Princess..”peluk Frian tegang
“Oh jadi ini penghalang loe ngga’ ngajak gua jalan? Bahkan loe telah
melupakan anniversary kita, malem ini?”
“Princess, biar gua jelasin..” sergah Frian
“Ngga’ ada yang perlu di jelasin! Semuanya udah jelas malem ini!” bantah
Anesa
Anesa berlalu. Frian mengejar. Ia
berusaha meraih tangan anesa
“Anesa! Pliss…dengerin dulu”
Anesa meronta saat tangan kanannya
berhasil di gapai Frian.
“Kita…P-U-T-U-S!” tandas Anesa
“Tapi…” sergah Frian
Anesa telah berlalu terlalu jauh untuk
frian kejar.
Haykal tengah celingukan mencari Anesa.
Sejak dari restaurant Anesa menghilang
Satu pesan masuk di ponsel haykal
Sorry, gw ninggalin loe. Gw di parkiran skrg!
Nesa
Haykal memasukkan ponselnya ke saku
bajunya.
“Loe kemana aja sih princess Anesa??” tanyanya saat di parkiran.
Anesa menghambur kepelukannya. Air
matanya tak dapat tertahankan lagi. Haykal mengelus-elus kepala gadis di
hadapannya.
“Gua baru aja di selingkuhin” ujarnya masih dengan isakan. Tetesan hujan
masih setia menumpahkan permukaan bumi
“Gua akan tunjukin tempat yang membuat
loe merasa jauh lebih baik “ bisik Haykal.
BMW meluncur meninggalkan pelataran mall
Cijantung malem itu. Senyap merambat perjalanan. Hanya sedikit kendaraan yang
berlalu lalang
“Gua tau perasaan loe gimana..sesungguhnya malam loe harus tunjukin pada
hujan kalo loe ngga’ sesakit saat loe di selingkuhin”
Haykal memarkirkan mobilnya di depan
kantor ayahnya. Ia menarik Anesa agar dia ikut ke dalam kantor ayahnya. Mereka
naik ke lantai paling atas.
“Sebelum keluar melintasi hujan di atas gedung ini. Loe harus pake jas
hujan nih..”. Haykal menyodorkan jas hujan di tangannya agar anesa memakainya.
Anesa menurut. Setelah jas hujan itu
menutupi tubuhnya dan kepalanya. Ia keluar, menikmati hujan di malam hari.
Menumpahkan isi hatinya dan kenangannya saat ia dikhianati oleh sang
pangerannya. Malam itu, hujan menjadi saksi bisu atas berakhirnya sebuah
hubungan dengan Frian Alviando.
Haykal berdiri di sampingnya.
“Apapun yang terjadi nanti gua akan selalu ada buat loe Nes” seru Haykal.
Anesa menoleh, senyumannya menghiasi bibirnya. Ia menghambur ke
pelukannya. Nyaman.
“Thanks my guardian angel”
*****
Princess
anesa. Gadis yang selalu di kejar-kejar cowok di sekolahnya berjalan di koridor
menuju kelas tercintanya. Pagi itu gossip telah menyebar. Tentang frian dan
anesa yang telah berpisah dan tidak saling mencintai. Tentang frian yang
selingkuh dan segala tetek bengeknya. Anesa have fun aja tuh menanggapinya. Ia
merasa terbebas dalam jeratan cintanya.
Orion
and the gank terlah menunggunya. Orion memiliki 4 anggota. Orion sendirilah
sang ketua gank. Cool, ganteng dan pemberani. Sejak awal, orion memang sudah
mengincar sang princess. Kalo saja waktu itu, pasti orion telah memilikinya.
Orion pun sangat di incar-incar cewek –cewek di seantero SMAN 147 Jakarta.
Cowok idaman.
“my dear anesa..” panggil orion setelah
anesa mulai dekat dengan gannya. Orion mendekat.
“semalem loe jalan sama siapa??”
“bukan urusan loe!” gertak anesa
“boss, ni princess berani banget sama loe” ujar riko
tak kalah gantengnya.
“emang kalian fikir gua bodoh apa, bisa takluk sama
orion boss loe yang tolol ini, ha?” cecar anesa
Orion mendesis, ia meringis
“nih cewek kurang ajar banget sih boss!”
ujar kiki
Orion masih memadang lekat mata elang princess.
‘gua suka sama loe, bego’ batin orion
Frian berjalan dari arah berlawanan. Anesa edengan
cepat memperagakan actingnya di depan frian.
“my beb orion, gua juga sayang banget sama loe” kata
anesa sambil membenarkan dasi orion.
Frian menghentikan langkahnya. Orion menggenggam tangan anesa.
“princess. . “ gumam frian setangah tak
percaya. Anesa tak menggubrisnya
“eh pengkhianat! Lebih baik loe jauh-jauh
deh dari princess loe itu! Karena sekarang, boss prince orion yang akan melindunginya. Bukan loe!” sergah
riko.
Frian meninggalkan in the gank sambil bergumam yang
tak jelas. Anesa melepaskan tangannya dari genggaman orion yang sedari tadi
menggenggamnya.
“acting loe bagus juga my dear”
‘plakk’
Tangan kanan anesa melayang. Mendarat di pipi orion
dengan nyaring. Ketiga shohib orion melongo.
Anesa mendecak sebal. Ia berlalu kedalam kelasnya
dengan seulas senyuman. Anesa yang tadinya duduk di depan bangku frian. Kini
pindah ke bangku belakang agar jauh dari cowok itu. Seketika itu, anak-anak
kelas memborongnya dengan beberapa pertanyaan
Haykal tengah duduk di bangkunya. Sibuk dengan
laptop di mejanya. Tangannya dengan licah menari-nari di atas keyboard.
Pandangannya menatao ke aarah layar monitor konsentrasi.
“oh..loe sekarang ngincer anak sma nih,,”
sindir angel.
Haykal tak menggubris. Earphone bertengger di kedua
telinganya. Menikmati hentakan musik. Angel mencabut earphone di kepala haykal.
Haykal terlonjak. Ia menghentikan ketikan di laptopnya. Menatapnya tajam.
“mau loe apa sih angel?” tanyanya santai
“gua mau kita balikan..” timpal angel
memelas
“”gua rasa loe udah terhapus dalam list
mantan gua. Loe bukan siap-siapa gua lagi”
“oh jadi loe lebih milih anak SMA sialan
itu, gitu?”
“yupz..gua lebih saying sama da. Yang
pasti dia jauh lebih baik dari loe. Luar dalam”
Angel berlalu. Matanya berkaca-kaca. Robi
menghadang angel yang baru saja keluar dari kelasnya. Cewek itu menangis.
“kenapa loe?” Tanya robi
“haykal ga’ mau lagi sama gua” angel
menyeka air matanya. Robi memeluk cewek itu.
“loe bisa move on kok dari dia. Apalagi
loe cantik, seksi lagi. Banyak yang suka sama loe. Salah satunya gua” ungkap
robi
‘dan gua akan ngancurin hidup loe!
Gimanapun caranya!’ batin robi yang masih memeluknya. Menenangkan cewek itu
depan kelasnya
Koridor kampus sepi. Robi mendekatkan wajahnya ke
wajah angel. Dekat sekali tak ada jarak hingga angel merasakan hembusan nafas
lelaki itu. Hembusan nafsu. Bibir robi telah menempel di bibir angel.
“ekhem “ dehem seseorang dari belakang
mereka. Keduanya terlonjak saling melepaskan
‘ah sial’ umpat robi dalam hati
“siang mr. arya” sapa angel. Dosen itu
terkenal killer dan ganteng. Masih muda.
“kembali ke kelas. Sekarang!”
Keduanya berpisah. Angel sekelas dengan haykal
sedangkan robi menggoda cewek di depan ruang dosen
Senyum anesa tak henti-hentinya terlepas dari
bibirnya. Ia tengah menyantap makan siangnya di kantin bersama sonya. Gelak
tawa tak henti-hentinya mengiringi keduanya.
“gila loe..terus log gimana nes?”
“gue tinggalin aja tuh cowok”
Orion dating sendiri tanpa di kawal oleh
ke 3 sohibnya. Duduk di depan anesa
“mau apa loe ke sini?” Tanya anesa
“maunya?” orion bolik Tanya
“sebaiknya loe pergi dari hadapan gua
kalo loe ga mau gua tonjok pake garpu ini” ancamnya
“emang loe berani ma gua?” tantang orion
“sama cowok tolol kaya loe sih gua
berani-berani aja!”
Orion bangkit dari duduknya. Anesa fikir
orion akan meninggalkannya. Ternyata ia
salah besar. Orion malah mendekat.
“teman-teman yang ada di kantin siang
ini” seru orion lantang. Membuat siswa-siswi yang tengah menyantap makanannya
sejenak berhenti menyaksikan adegan mereka
“siang ini…”
Orion menggapai kedua tangan anesa
menggenggamnya
“gua sama anesa pacaran!” tambah orion.
Mata elang anesa membulat. Seribu jarum menusuk tulang rusuknya. Perih.
Rasanya ia ingin menonjok muka tuh cowok yang bersandiwara agar membuatnya
malu. Tepukan tangan mengiringi ucapan orion. Menyetujuinya.
Sebagian para siswi ada yang menatapnya sengit ke
arah anesa karna telah menganggapnya perempuan murahan dan sebagian para siswa
ada yang menatapnya kecewa dan sedih kea rah orion yang telah memilih anesa.
Bukan dia atau mereka.
Sebagian para siswa menatap anesa kecewa karna tidak
pernah mendapatkan sang princess.
Anesa menepis tangannya dari genggaman orion.
Melepasnya. Anesa mengambil segelas air putih di meja dan mengguyurnya ke muka
orion.
“loe lebih pantes pacaran sama tuh air!” bentak
anesa. Ia menarik tangan sonya agar segera meninggalkan kantin. Orion shock.
Siswa-siswi masih melongo.
“gila loe nes. Loe berani sama tuh
preman? Bahkan loe mengguyurnya. Hebat1” puji sonya setengah tak percaya.
“my dear anesa. . “ pekik orion di
depannya yang tiba-tiba muncul.
Anesa dan sonya melangkah mundur. Orion mendekati anesa. Orion dengan
cepat mendekat. Mendorong tubuh anesa yang ramping merapat ke tembok. Kedua
tangan orion menjebaknya. Ia terperangkap. Sonya bergidik ngeri. Koridor
perpustakaan itu sepi.
“karna loe udah bikin gua malu di depan
anak-anak. Gua akan membuat loe lebih malu dari yang tadi!” geram orion tepat
di wajah gadis itu. Anesa malah menantangnya.
“gua akan menunggu permainan dari loe!”
bentak anesa. Telunjuknya menunjuk ke dada orion yang bidang dan atletis itu.
Membuat orion terdorong ke belakang.
“dan sekarang. . gua harap loe lepasin
gua!” pekik anesa
“oke, gua akan lepasin loe setelah gua
cium loe” candnya di sertai seringaian nakal.
Anesa mendorong dengan kedua tangannya
tubuh orion dengan keras.
“najis!” desis anesa
Sonya melihatnya dengan ngeti. Tapi ia salut dg
anesa yang berani berontak dan melawan.
“kemanapun loe pergi. Gua akan sellu
ada!” seru orion. Anesa tak menggubris seruan orion yang menghantam jiwanya.
******
“arya. . “ panggil didi saat jam kerja
lagi isritahat
“iya omm..”
“kamu masih mengajar di UIN kan, ar?”
“masih om”. Didi manggut-manggut
“nanti malem, om tunggu di rumah ya..”
“hemz..ada acara apaan om?” Tanya arya bingung
“hemz..ada acara apaan om?” Tanya arya bingung
“hanya sekedar makan malam biasa.
Sekalian om kenalin sama anak-anak om?
Arya menyetujuinya atasannya yang sering
dipanggil dengan panggilan om itu.
Makan malam belum di mulai. Didi sang tuan rumah,
roy dan anesa adalah kedua anaknya dan haykal pun di ajak.
“nunggu siapa sih yah?” Tanya anesa. Ayahnya hanya
mengembangkan senyuman
‘ting-tong’
Bel rumah itu menjerit. Bi imah mempersilahka
tamunya masuk. Dari arah ruang tamu. Seorang lelaki berkaca mata tampak gagah
perpaduan manis muncul. Berjalan menghampiri tuan rumah yang telah menunggunya.
“malem mom. . “
Arya mengulurkan tangan kanannya. Didi menjabatnya
diiringi senyuman.
“maaf membuat kalian menunggu”
“mt. arya?” ujar roy
“roy?”
Didi memperkenalkan kedua anaknya pada arya begitu
pun kehadiran haykal di rumahnya.
“anesa..” ucapnya saat tangannya
berjabatan dengan arya
“arya. . “ arya mengembangkan senyumannya
manis
“ekhem, pasti kalian sudah pada
laperkan?” sang ayah memastikan.
“iya dong. . “ sahut anesa
Malem itupun mereka tengah menyantap makanan.
Dentingan sendok bersahutan.
Sang malam telah merambat. Arya pamit untuk pulang.
Melepaskan rasa lelahnya. Haykal dan roy tengah asyik di teras rumah
“ayah..” panggil anesa
“iya saying..”
“kak arya itu siapanya ayah?”
“dia
karyawan ayah di kantor plus dosennya roy dan haykal. Dosen bahasa”.
Anesa manggut-manggut.
“ayah..”
“nesa kangen bunda” tambahnya.
“bukan nesa aja yang bunda. Ayah juga. Sayang”
“ayah tau ga keberadaan bunda dimana?”
ayahnya menggeleng
“tapi ayah yakin suatu saat nanti bunda
pasti akan menemui kita” mantapnya.
Anesa beranjak dari duduknya. Menghampiri sang ayah
yang tengah duduk di meja makan. Memeluknya.
“nesa sayang ayah”
Ayahnya mengecup kening anaknya.
“haykal..” panggil anesa
Haykal menoleh. Gitar ada di tangannya. Roy masih
berkutat dengan ponselnya.
“huh..loe telponan mulu!” ujar anesa saat
melihat kakaknya ketawa-ketiwi dan sekali-kali merayu. Seraya ponselnya di
tempel di kuping kirinya. Roy memeletkan lidahnya.
“apa nes..?” sahut haykal.
Anesa duduk di hadapan haykal
“nyanyiin satu lagu aja buat gua” pinta
anesa
“pengen di nyanyiin lagu apaan?”
“apa yah..” anesa pura-pura mikir
“apa aja deh. Tulus dari hati loe.
Haha..” canda anesa
Haykal manggut-manggut. Tangannya mulai bergerak
memainkan senar gitar. Memetiknya
Meski hadirku tak pernah kau anggap
Meski
hatiku tak pernah kau hiraukan
Namun
di hatiku kau tetap yang terindah
Untuk
selamanya..
Anesa tercekat saat mendengar suara haykal yang
merdu. Lembut. Entah kenapa suasana itu membuatnya merasa lebih nyaman bila
dekat dengannya.
Hanya
satu pinta dalam hidupku
Hanya
satu cinta dalam hatiku
Hanyalah
dirimu cintamu dan bahagiamu
Meski
kau bukan untukku…
Haykal tak pernah mengalihkan pandangannya dari
anesa. Ia begitu menghayati lagu yang di lantunkannya.
Kasih…
Ku
ingin kau tau semuanya
Satu
kata yang tak pernah terucap
Cinta
untukmu
Anesa meresapi lagu yang di bawakan lelaki di
hadapannya. Ia memberanikan membalas tatapannya yang menghujam sampai ke
jantungnya.
Mungkin..
Semua
jadi sebuah rahasia indah
Yang
kan selalu tersimpan di hatiku..
Laguya vowels telah selesai haykal nyanyikan. Anesa
tercekat dan agak tersentuh.
“haha..haykal alay tuh de “ canda roy.
* * * * *
Sebelum ia tertidur, anesa sempatkan untuk menatap
sang langit. Berharap sang bintang tersenyum padanya di balik awan hitam. Hujan
turun lagi. Ia menutup gorden hijau toscanya dan membiarkan pintu terkuak
dengan lebar. Dingin malam berebut masuk ke kamar anesa membawa jutaan
penyakit.
Anesa terbangun dengan kepalanya yang terasa berat.
Flu pun ikut hadir dalam tubuhnya.
“selamat pagi princess..” sapa roy ceria
“tumben loe nyapa kak?”
“yaelah, di sapa salah, ga di sapapun
salah. Gua harus gimana sih dek?”
“gua anterin ya dek” tawar roy.
“gak usah kak. Gua sama haykal aja!”
serunya, roy hanya menjawabnya dengan cengiran.
“loe dah mulai nyaman niyee sama haykal.
. cuit..cuit…” ledek roy
Semburat merah tersirat di pipinya. Ia mengambil
tasnya dan memakai sepatu dengan cepat.
“my dear anesa..” panggil orion.
Orion muncul dari balik pintu kelas anesa. XII
IPA-1. Anesa mendesah perlahan. Orion duduk di sampingnya setelah mengusir
sonya.
“pagi-pagi udah nongol di hadapan
gua..bikin gua tambah enek aja. Oh ya, gua tau..loe kesini karna pengen ketemu
Diana kan? Mantan loe yang..” cerocos anesa tertahan
Jari telunjuk orion menempel di bibir anesa. Anesa
terdiam
“loe cerewet banget yah” tukas orion
Orion menarik tangan anesa . anesa ingin menepisnya
namun tangan orion begit erat mencengkeram tangan kanannya. Anesa pastah
“mau malu-maluin gua lagi loe?”
Orion menghentikan langkahnya. Menyadari sesuatu. Ia
tak menggubris ocehan anesa. Ia membalikkan arah menghampiri bangku anesa.
Mengambil tasnya. Menyeret anesa yang berusaha kabur
“loe mau kemana nes?” Tanya sonya
“gua pinjem dulu!” sahut orion yang tak
jauh darinya.
Orion membuka pintu mobilnya. Berharap anesa masuk.
Namun anesa berontak. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan kekar itu.
Kuku-kukunya menancap di pergelangan tangannya. Sakit, perih yang ia rasakan.
Anesa meringis.
“loe masuk, baru gua lepasin!” perintah
orion
“kalo gua ga mau gimana?” tantang anesa
“cepetan! Sebelum guru ada yang liat,
bego”
“gua masih ingin belajar! Ga mau bolos!
Apalagi sama loe..”
Orion memaksa anesa agar segera masuk kedalam mobil.
Anesa menyerah. Selalu menyerah. Bahkan kulit pergelangannya sedikit lecet.
Anesa telah duduk di samping orion. Orion menjalankan mobil. Meluncur keluar
sekolah.
“loe jadi cowok kok jahat banget yah!”
omel anesa. Orion tak menjawab
“eh tolol kita mau kemana sih?” Tanya
anesa
“surge” singkalnya
“gila loe! Gua masih pengen hidup, pengen
meraih impian gua, terus bahagiain orang tua gua. Ga mau mati penasaran am
aloe!” cecer anesa
“cerewet loe tingkat tinggi banget ya my
dear”
Itulah yang membuat orion suka. Menurutnya ia
menarik. Orion sering ganti-ganti cewek. Bahkan mempermainkannya namun tak ada
satupun yang membuatnya nyaman dengan mantan-mantannya itu sewaktu pacaran. Ia
menganggapnya pacaran dengan mereka-mereka hanya permainan semata karna belum
ada ikatan pernikahan. Keluarganya sibuk dengan pekerjaannya sampe lupa waktu
dan lupa kalo meraka punya anak. Duit mengalir namun kasih sayangpun ga ada. Ia
merasa hampa. Itulah sebabnya orion selalu mempermainkan cewek-cewek. Melampiaskan.
“eh loe ngelamun?” Tanya anesa. Tak ada
jawaban
“orion, loe ga denger gua ngomong apa
yah” sedari tadi anesa memang ngoceh, berkicau baik burung nuri. Orion menoleh
kea rah gadis itu. Melihat pergelangan tangannya.
“tangan loe berdarah?” tanyanya lembut.
Anesa meringis.
Baru nyadar loe?”
Orion mempercepat lajunya. Kill your friend-nya my
chemical mendayu-dayu di avanza merah itu.
Orion mengehentikan avanza merahanya tepat di sebuah
perbukitan. Hujan belum turun. Awan tebal menyelimuti langit kota Jakarta.
“sini tangan loe” pinta orion.
Orion meraih peralatan obat-obatan di laci mobil.
Meneteskan obat merah di luka itu. Membuat anesa meringis. Orion membalutkan
perbannya ke tangan anesa.
“tas, loe taro di dalem mobil aja. Takut
keujanan. Kan gua juga yang repot” terang orion di jawab dengan pelototan anesa
yang sangat tajam.
‘ayo turun!”
Dengan malas, anesa turun dari mobil mengekor di
belakang orion. Oriaon menghentikan langkahnya tepat di samping jurang. Anesa
bergidik ngeri.
‘nih cewek pengen terjun apa yah..’
batinnya.
“anesa..” panggil orion
Anesa tak menjawab. Ia bergeming di belakang orion
menghembuskan nafas.
“mungkin selama 3 tahun nih gua selalu
menyiksa loe”
“dan gua ga nyangka kalo loe berani
menentang dan membantah omongan –omongan gua” lanjutnya.
“dan itu yang gua suka dari loe..”
tambahnya
“orion, sebenarnya kita mau ngapaian
kesini? nant I ujan turun gua ga mau keujanan lagi”
Orion membalikan badannya. Ia menghampiri anesa.
Tatapannya garang. Anesa fikir orion akan marah.
“nesa..apa loe ga nyadar? Slama ini gua
suka sama loe. Saying sama loe. Dari awal seharusnya loe sama gua. Bukan
frian!” orion melembut.
Anesa bergeming.
“gua tau, loe pilih frian karna dia
pintar. Ga brandal kaya gua kan?” bentak orion
Anesa ingin menerka kalo saja orion tidak angkat
bicara.
“dan sekarang loe tau kan.
Kejelekan-kejelekan dia selama ini? Itu makanya gua berusaha melindungi loe.
Tapi loe yang selalu menentang, membantah, dan menantang membuat gua gregetan
sama loe” ungkap orion.
“dan satu hal yang harus loe tau..” ucap
orion
“frian adalah kakak gua!” lanjutnya.
Anesa tersentak. Selama 3 tahun. Dia baru tau kalo frian kakak orion?
“lebih tepatnya kakak tiri gua. Gua
sengaja nyembunyiin fakta ini karena gua ga mau orang-orang tau kalo dia kakak
tiri gua. Hidup kamu ga sejalan, nes. Pendapat kamu selalu berlawanan. Dia
selalu merebut perhatian ayah. Itu yang gua ga suka.” Pandangan orion nanar.
Anesa kini tau rahasia yang bersembunyi selama 3
tahun ini.
“dan gua minta maaff sama loe” ucap orion tulus.
Orion mendekat. Ia membisikkan sesuatu
“dan gua ga nyangka kalo sampe saat ini. Gua masih
saying loe” ungkap orion
Anesa tertunduk
“tapi gua ga minta jawaban dari loe. Gua
hanya sekedar ngungkapin doang kok” kilah orion.
Butiran bening berjatuhan menghantam sang bumi.
Orion dengan cepat merangkul anesa ke rumah makan. Karna di bukit itu memang
sudah di sediakan rumah makan yang unik.
BMW merah telah menunggu di depan sekolah.
Pengemudinya bersandar di pintu luar mobil menghadap jalan. Sonya menghampiri
sang pengemudi.
“jemput anesa ya kak?” Tanya sonya
“iya, dia kemana ya?”
“dari tadi dia di ajak bolos sama orion
kak”. Haykal hanya manggut-manggut.
“duluan ya kak..” pamit sonya. Hanya
menjawab dengan anggukan.
Sang mentari telah bersembunyi di ufuk barat. Sang
rembulan bergelyut di balik pohon kelapa. Bintang mengintip anesa yang tengah
berdiri di balkon kamarnya.
‘dan
gua ga nyangka kalo sampai saat ini gua masih saying loe..’
Kata-kata orion masih terngiang menghantui perasaan
yang hadir di jiwanya. Ia berusaha menguir perasaan itu
“nesa..” panggil roy di balik pintu.
Tak ada sahutan. Roy mengirim pesan ke adiknya.
Dek, haykal ngajak loe jln. Dia dh nunggu di
bawah tuh. .
Knpa ngga’ dia ajj yang sms?knp mesti
loe?
Haduh
cepeten loe ganti baju sono! Gg usah bnyk tnya..
Anesa menurut. Ia menuruni anak tangga
“loe lama amat sih dek dandannya” omel
roy
“bawel amat loe1”
Anesa beranjak masuk ke dalam mobil di ikuti haykal
“loe ga ikut kak?” Tanya anesa
“ga ah, nanti gua jadi obat nyamuk.
Mending jaga rumah” seru roy yang tengah masuk ke dalam
Haykal memarkirkan mobilnya di kafe kesukaannya.
Kedua mata anesa ditutup dengan kain slayer hitam. Haykal ingin memberinya
surprise. Mereka naik ke lantai 3. Haykal menuntunnya. Mereka duduk di sebuah
restaurant. Haykal membukakan kain slayer penutup matanya
“surprise..” seru haykal.
Benar-benar kejutan buat anesa. Di samping tempat
mereka duduk. Ada sebuah kolam renang. Cahaya lilin membentuk tulisan. Indah
sekali.
SELAMAT ULANG TAHUN PRINCESS
Anesa tersenyum. Ia menatap cowok di hadapannya.
Bahkan ia sendiri tak menyadari kalo sekarng ia sedang ulang tahun
Avanza merah memasuki pelataran rumah. Pengemudi itu
turun berjalan. Menghampiri pintu. Menekan bel. Seorang cowok membukakan pintu.
“cari siapa ya?”
“ada anesanya bang?” Tanya orion
“baru saja pergi”Orion menghela nafas
dalam-dalam
“boleh menunggu di sini ga bang?” Tanya
orion sambil menunjuk ke kursi di teras rumah
“masuk aja. . yu..!” ajak roy. Dengan
halus orion menolak. Roy pamit ingin mengambil minuman.
BMW merah berhenti di pelataran rumah anesa. Turun
dari mobil setelah haykal membukakan pintu mobil. Keduanya berjalan
bersampingan. Orion berdiri dari kursinya. Anesa terlonjak saat mendapati orion
tengah menunggunya
“kak haykal..” sahut orion, ia terkejut.
“orion..”
“jadi kalian selama ini..” sahut orion.
Ia tidak melanjutkan kata-katanya. Ia menatap anesa.
“gue kecewa sama lie, nes” di letakannya
bingkisan dari orion untuk anesa di atas meja. Orion berlalu. Anesa ingin
mengejar. Kalo saja tangan haykal tidak menahannya. Hujan turun lagi. Anesa
berlari ke kamarnya.
“dek, ini kaka. Kaka boleh masuk ya” roy
masyk ke kamar adeknya. Anesa tengah duduk.
“tadi orion datang sejam yang lalu”
“kenapa loe ga nyuruh dia pulang?” tukas
anesa
“dia yang minta untuk nunggu”
Haykal ikut hadir. Ia berdiri di ambang pintu.
“ada yang ingin gua omongin sama loe,
nes” ucap haykal dingin.
Haykal berjalan ke pinggir kolam renang.
Anesa membuntutinya. Serpihan hujan masih menyatu dengan sang malam.
“dulu..sewaktu gua masih duduk di bangku
smp. Kedua orang tua kami bertengkar hebat. Bunda meminta gugatan perceraian.
Papah menyetujuinyanya. Awalnya bunda kaget saat papah menyetujuinya”
Haykal menghela nafas
“papah minta, orion yang masih kelas 5 sd
agar ikut dengannya. Dan gua..tanpa papah mintapun gua akan ikut bunda. Awalnya
gua benci sama papah. Gara-gara menyetujui perceraian bunda”
Haykal memandang jauh menembus malam
“tapi, dia membiayai kuliah gua. Selalu
mentransfer duit ke ATM gua. Dan gua pun sadar ga seharusnya gua benci sama
papah. Dan orion..”
“orion benci sama gua gara-gara gue
menghilang dari hidupnya. Baru sekrang kita ketemu. Bayangin aja. 6 tahun ga
pernah ketemu! Gua selalu minta sama papah agar tutup mulut tentang keadaan gua
ke dia. Dia pun menyetujuinya”
Anesa serasa kepalanya pusing. Kejadian dan
informasi yang tidak terduga menghampiri dengan tiba-tiba.
* * * *
Pengumuman kelulusan telah anesa terima. Ia berjalan
menghammpiri bangku di depan perpustakaan. Orion menghampiri cewek itu.
Tangannya terulur.
“gua minta maaff” anesa menerima uluran
tangan itu. Ia tersenyum
“gua juga” orion duduk di samping anesa
“ga nyangka, kita akn ninggalin sekolah
ini” anesa tersenyum
‘dan gua bakal kangen sama loe..’ batin
anesa
“loe tau ga nes?” anesa menoleh kea rah
orion. Ia menggeleng
“sebelum UN, gua hampa banget ga ngobrol
sama loe. Bahkan ga jahilin lie lagi”
Anesa terkikik.
“karna waktu itu loe lagi marah sama gua
pas loe diselimuti rasa egoism” tukas anesa. Orion nyengir
“kakak gua haykal masih di rumah loe
nes?”
“kok loe tau kalo haykal beberapa bulan
lalu ada di rumah gua” anesa manggut-manggut
“dia udah pulang ke rumahnya”
“dari kapan?”
“satu bulan yang lalu, sebelum UN”
Orion terdiam
“loe masih maraha sama dia?” orion masih
terdiam
“ga seharusnya loe marah sama dia. Yon.
Dia sayang banget sama loe”
“gua marah sama dia karna dia udah
ngerebut loe dari gua. Dan loe lebih sayang sama dia kan?”
“yon, gua sayang sama haykal karna gua
hanya nganggep dia pelindung gua. He is guardian angel”
“loe ga pacaran?”
Anesa menggeleng. Orion fikir anesa dan haykal
memiliki hubungan khusus. Ternyta ia salah besar.
“seminggu lagi gua berangkat ke
jepang”ujar anesa membuat orion segera menoleh.
Orion ingin bicara namun ia mengurungkan niatnya.
“dan gua ga bisa ketemu loe lagi” ucap
anesa
“kata siap?” Tanya orion dengan cengiran.
“gua, kan tadi gua yang bilang”
“hmm..” gumam orion
“nanti loe anterin gua ke bandara ya..”
pinta anesa antusias.
“kalo gua ga mau gimana?”
“ya harus dong..”
Orion menarik hidung anesa membuat gadis itu
merengek. Roy menjemput adik tercintanya.
“gua bakal kangen berat sama loe dek”
Anesa ngakak mendengar ucapan kakaknya. Baru kali
ini ia mendengar kata kangen darinya. Biasanya mereka ribut bak kucing dan
tikus. Tom dan jerry dong?..
“kok loe ngakak sih dek. Gua serius”
“biarin, malah gua pengen jauh-jauh daru
loe.haha”
“loe jahat dek”
Roy memarkirkan avanza hijau toscanya di garasi.
Keduanya turun
“ayah..” panggil anesa. Didi sedang
membaca Koran setelah sampai dari sekolahan anaknya untuk mengambil surat
kelulusan.
“ya sayang..”
“nesa berangkat ke jepangnya di percepat
dong yah”
“loh kenapa?”
“pengen cepet-cepet menghirup negri
sakura” ujarnya semangat sambil membayangkan.
“5 hari lagi kalo gitu, gimana?”
“oke..”
* * * *
Bandara soekarno hatta tidak pernah sepi. Seperti
siang itu. Orang-orang berlau lalang memadati bandara. Haykal, roy, sonya, sang
ayah dan arya tak lupa mengantar kepergian sang princess. Bi imah pun ikut
hadir.
“nanti nesa di sana sama arya, ya sayang”
ucap sang ayah.anesa mengangguk.
“jangan nakal! Jangan pernah melanggar
aturannya arya, oke”
“oke ayah”
Didi menoleh kea rah arya.
“arya, om titip anesa yah”
“siap om, aku akan menjaganya sebisa dan
sebaik mungkin”
“om percaya sama kamu”
Roy menghampiri anesa. Menghambur kepelukannya.
“jangan sering keluar malem loe dek!”
“iya kakakku sayang”
Roy mengembangkan senyumannya. Ia mengecup kening
adeknya. Haykal menghampiri
“jaga diri baik-baik ya, nes. Ada salam
dari frian sama orion. Maaf keduanya ya
bisa hadir” anesa tersenyum. Sebersit kecewa pun hadir.
Arya membantu membawakan barang-barang anesa. Masuk
ke pesawat itu. Pintu pesawat tertutup. Anesa masih merasakan lambaian sang
ayah, sang kakak, haykal dan sonya juga bi imah.
“jangan tegang yah..” ucap arya di
sampingnya.
Anesa tersenyum, arya merasakan jantungnya tak
karuan. Ia mengaturnya sebisa yang ia bisa. Ia menyukai gadis itu.
Anesa baru saja sampai apartemennya. Malam semakin
larut. Ia tertidur dengan pulas di kamar barunya. Tanpa menggantikan bajunya.
Perempuan setengah baya membukakan gorden kamar anesa. Sang mentari mengintip
dari luar jendela
“selamat pagi princess anesa (jepang)”
sapa perempuan setengah baya.
Anesa membuka matanya. Ia menggeliat. Ia langsung
bangun saat mendapati perempuan setengah baya di sampingnya.
“bunda..” perempuan itu tersenyum.
Anesa menghamburkan tubuhnya ke pelukan sang bunda
“bunda membuat kamu khawatir” ucap anesa
“sebelumnya ayah kamu sudah tau kalo bunda
disini sayang”
“lalu kenapa ayah tidak pernah bilang?”
“karena bunda ingin membuat kamu merasa
kehilangan bunda, merindukan bunda”
“wahh..bunda jahat” sahut anesa cemberut
“kalo kak roy tau ga?”
“tau dong..” sambil tersenyum
Anesa merasakan dunianya utuh kembali. Selesai
sarapan ia diantar oleh arya ke kampusnya. Hokkaido university. Sang mentari
memancarkan cahayanya. Mercedez hitam meluncur di negeri jepang
Arya pamit saat anesa telah turun dari mobilnya.
“nanti telpon aja kalo minta di jemput.
Oke princess?”
“siap mr.arya”
Ia tersenyum, arya berlalu. Anesa berjalan menuju
kampus barunya. Hekkaido university jepang.
Orion celingukan mencari seseorang. Ia berharap pagi
ini ia akan di pertemukankembali
“orion..” panggil salah satu teman
barunya, richi.
Orion menpleh
“cari siapa kamu(jepang)” sapa richi
“temenku dari Indonesia(jepang)” sahut orion.
Richi manggut-manggut.
Haykal menyeret
kakinya dengan gontai. Hampa. Perasaannya bertepuk sebelah tangan. Ia
pun merelakan pujaannya menjadi milik adik kandungnya. Orion.
“haykal..” panggil alex.
“angel dalam bahaya..”
Alex menunjukkan dimana angel berada. Gudang kampus.
Langkah keduanya tergesa-gesa. Rasa panic menyelimuti hatinya
Angel terus di tarik paksa oleh robi agar cewek itu
masuk kedalam gudang dan melayani nafsunya. Akal sehat robi menghilang. Kini
nafsu birahinya memuncak. Angel terkapar di lantai. Ia berusaha berontak.
“cewek murahan. Gua tau loe pasti akan
menikmatinya! Ga usah munafik deh loe..” gertak robi. Angel menangis.
Haykal mendobrak pintu gudang membuat keduanya
terlonjak.
“ada sang pahlawan, rupanya..” robi
menghampiri haykal.Ia menyeringai. Pisau itu segera robi cabut.
“hutang gua udah lunas1” desis robi.
Ia berlari meninggalkan gudang. Angel bangkit
menahan tubuh haykal yang hamper ambruk. Alex pun menahan dari belakang.
“robi sialan!” umpat alex.Mereka berdua
segera membawa haykal ke rumah sakit
Angel dan alex menunggu di koridor kamar ICU. Duduk.
Angel mondar-mandir panic. Robi telah tertangkap polisi ataas perbuatannya yang
keji itu.
Anesa duduk di taman. Tak jauh dari kampusnya. Baru
selesai mendaftar registrasi ulang. Laptop di pangkuannya. Ia sedang membuka
emailnya.
Sonya_jutek
Hay
beb..kangen banget gua ma loe. Loe sehatkan disana?semoga! gua masuk UIN
sekampus sama abangnya orion. Haykal. Yang naksir sama loe itu tuh.
Oh ya, gua harap loe harus bersabar
setelah nerima kabar dari gua. Haykal meninggal, beb. Itu semua ulahnya robi
saat dia menolong angel yang tengah dalam bahaya di gudang. Loe harus sabar
ya..
Love
Sonya
Butiran Kristal bening meluncur di pipin anesa.
Mengalir bak anak sunga. Merambas. Dadanya terasa nyeri. Ia membuka folder yang
berisi foto-foto bersama haykal. Saat haykal membuatnya tersenyum, kejutan dan
segala tetek bengek haykal berputar dalam memory otaknya. Ia merindukan sosok
itu, sang guardian angel.
Ada sosok lain yang menyodorkan tissue kehadapannya.
Sosok itu tersenyum
“kurasa tissue ini bermanfaat untukmu, princess
(jepang)” sahut seseorang
anesa mengangkat wajahnya. Menyeka
air matanya dengan punggung tangannya. Ia terperangah.
“o-orion..”
Orion tersenyum.
“gua tau, loe sangat kehilangan dia. Tapi gua, gua
yang lebih jauh kehilangan abang gua sendiri, nes” anesa terdiam. Orion duduk
di samping anesa
“kok loe disini?”
“gua kan udah bilang kalo kita akan selalu bersama”
orion menghapus air mata anesa yang mulai surut dengan ibu jarinya.
“haykal abang gua akan selalu menemani gua di saat
gua rapuh, sedih dan senang. Dia akan selalu ada di sini..” terangnya. Ia
menunjuk hatinya. Anesa tersenyum. Manis.
“princess anesa..” anesa menoleh
“jangan pernah merasa kehilangan seseorang yang
menjagamu di masa lalu. Gua yakin, dia ikut tersenyum kalo loe bahagia.loe
harus senantiasa mengenangnya” tutur orion.
“dan mulai saat ini…gua lah guardian angelmu” sahut
Orion. Orion menarik kedua tangan Anesa dengan lembut.
“Gua akan selalu mengenangnya” bisik Anesa. Anesa
merogoh sakunya. Ia mengeluarkan ponsel.
Ngga’ usah d jemput mas, Nesa dianter Orion
Nesa mengirim pesan singkat ke Arya. Orion
menghentikan mobilnya di parkiran apartemen Anesa. Keduanya turun. Berjalan
bersampingan. Canda tawa mengiringi keduanya. Pintu apartement terbuka. Anesa
terhenyak saat melihat orang-orang di dalamnya. Orion dengna setia berdiri di
sampingnya. Senyum Anesa melebar.
“Ayah..kak Roy..” seru Anesa. Anesa menghambur
kepelukan sang ayah
“Kok ayah ngga’ bilang-bilang sih kalo mau kesini?”
sang ayah hanya tersenyum
“Gua kangen loe dek..” sahut Roy mencubit hidungnya
di jawab dengan rengekan Anesa
Orion dan Anesa berdiri di atap apartement.
Menikmati negeri barunya. Jepang. Anesa merentangkan keduanya. Menghirup udara
segar.
“Thanks ya ri. Loe memang guardian angel
setelah Roy dan Haykal” Anesa tersenyum bahagia
“Musim semi akan tiba. Pokoknya loe harus
ngajak gua ke suatu tempat. Menikmati gugurnya sakura” tandas Anesa di selingi
candaan.
“Apapun yang loe mau, gua akan selalu ada.
I’ll be there for you” sahut Orion
Anesa tersenyum. Orion pun tersenyum. Keduanya
menghirup udara segar Negeri sakura
END
0 komentar:
Posting Komentar