Welcome to our site

welcome text --- Nam sed nisl justo. Duis ornare nulla at lectus varius sodales quis non eros. Proin sollicitudin tincidunt augue eu pharetra. Nulla nec magna mi, eget volutpat augue. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Integer tincidunt iaculis risus, non placerat arcu molestie in.

Hujan

Senin, 19 Mei 2014


Jalanan sepi. Kristal bening mengguyur permukaan bumi dengan gaya gravitasinya menghantam segala benda apa saja yang dilaluinya. Tak satupun kendaraan yang berlalu lalang siang itu. Kabut tipis menyelimuti jalanan. Sang anginpun ikut nimbrung dan menyatu dengan hujan. Seorang lelaki tengah sibuk berkutat dengan ponsel di tangannya. Wajahnya tenang menyembunyikan kegelisahan hatinya. Ia duduk di bawah naungan halte seorang diri.
Anesa berlari-lari kecil menghampiri halte, bibirrnya mengerucut, manyun. Mukanya di tekuk kusut bak baju belum di setrika. Ia mengibaskan rok abu-abunya yang tengah basah kuyup, badannya menggigil menahan dingin.
“Roy kemana sih? Masa adeknya sendiri di biarin keujanan. Mana hp gua mati. Sial banget gua hari ini“ gerutu Anesa.

Ia menendang kaleng kosong di depannya. Alhasil, kaleng itu melayang menghantam kepala seorang lelaki yang tengah ayik dengan hpnya di pojok halte.
‘plukk’
Anesa tersentak. Dengan refleks, sebelah tangannya menutup mulutnya Yang sedang menganga dengan tangan kirinya. Ia sontak membalikkan badan membelakangi lelaki itu. Lelaki itu celingukan. Ia menatap Anesa garang, sebelah tangannya memungut kaleng di bawah kakinya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya berjalan menghampiri Anesa. Anesa bergidik ngeri melihat lelaki itu. Tangan lelaki itu terulur menepuk bahunya, Anesa tersentak. Dengan kasar, Anesa menepis tangan lelaki itu.
“Apaan sih nepuk-nepuk bahu gua!”
Lelaki itu menatap tajam.
“Eh bray, maksud loe apa? Ngelempar kaleng ini? Ngajak kenalan nih ceritanya?” sambil menyodorkan kaleng itu kehadapan Anesa, menggodanya.
‘Waduh, ngimpi apa gue semalem? Sampe ketemu makhluk aneh & pedenya selangit’ batin Anesa.
“Apa loe bilang? Gue makhluk aneh? Kalo gua aneh, berarti loe lebih aneh donk dari gua! Tiba-tiba loe lempar kaleng kosong ini ke kepala gua. Untung aja nih kepala ga benjol” tandasnya.
‘What? Dia bisa baca fikiran gua?’ batin Anesa lagi
“Eh mas bro, siapa yang ngelempar kaleng itu ke kepala loe?” tukas Anesa.
sebelum lelaki itu menyelanya, Anesa melanjutkan serangan demi serangan yang membuat lelaki itu terpaku. Menghantamnya.
“Apa tadi loe bilang? Ngajak kenalan? Sama cowok aneh kaya loe? Jangan mimpi deh!” seru Anesa.
“Bray, loe watados banget sih! Pura-pura ngga’ ngerasa lagi. Terus yang lempar kaleng ini siapa ha? Kalo bukan loe yang lempar! Sadar dong! Disini kita berdua, ingat! Hanya B-E-R-D-U-A! hujan masih deras gini, ngga’ mungkinkan kalo tetesannya yang lempar kaleng ini ke gua? Apalagi hembusan angin, M-U-S-T-A-H-I-L!”
“Eh cowo aneh! Gua belom selesai ngomong. Maksud gua, gua ngga’ lempar kaleng itu tapi gua ngga’ sengaja nendang tuh kaleng! Gua juga ngga’ tau kalo kaleng itu bakal mendarat di kepala loe”
“nah, makanya jadi cewek jangan sok jagoan, pake acara nendang-nendang segala! Emangnya bola? Tuh kaleng kenanya ke gua ,coba kalo kenangan ke kepala bapak polisi. Loe bisa di tilang, di bawa ke penjara, di hukum mati, terus loe di salib” Lelaki itu menakut-nakuti dengan senyumannya yang menyeringai memamerkan deretan giginya.
“Haha…mana ada polisi yang mau nilang gua, apalagi sampe di salib. Cewek semanis gua yang ada malah di taksir sama tuh polisi.”
“Nah, kalo ternyata preman yang kena tuh kaleng, apa loe mau sampe di kejar-kejar, terus di perkosa, ha?”
‘glekk!’
Skak, mulut Anesa terkunci rapat. Mati kutu. Adu mulut berakhir. Anesa ngeloyor menghampiri bangku halte. Ia menghempaskan pantatnya. Lelaki itu mengekor di belakangnya.
“Eh, loe ngapain ngikutin gua?” Tanya Anesa.
Belum sempat lelaki itu membuka mulutnya, Anesa menyela.
“Wah, wah…jangan-jangan loe yang nafsu sama gua” sahut Anesa sambil menuding dengan telunjuknya tepat di hadapan lelaki itu.
“Woy…” lelaki itu mengibaskan tangan kanannya di hadapan Anesa.
“Loe jangan ke ge-eran dulu deh! Gua ngikutin loe karna loe belum minta maaf sama gua”
“Ngapain gua harus minta maaf sama loe?”
“Loe bener-bener cewe resek yah. Ga ngerasa sama sekali atas kesalahan terbesar loe?”
“Jangan harap deh gua bisa minta maaf ke loe! Tandas Anesa.
“Tunggu! Gua ke sini, karna emang dari tadi gua duduk di bangkui ini sebelum loe nongol dan ngelempar kaleng ini ke gua” tukas lelaki itu.
Wajah Anesa merah padam. Bus melintas di hadapan mereka. Sang kondektur menawarkan tumpangannya. Anesa beranjak dari duduknya.
“Mau ke mana loe? “ Tanya lelaki itu
“Pulanglah! Emang loe fikir gua di sini mau nginep apa? Enak aja!” Anesa melengos, ia melangkahkan kakinya menghampiri bus yang tengah menunggunya. Dengan langkah cepat, lelaki itu menghampiri bus itu mendahuluinya masuk ke dalam bus.
‘Very annouying!’ sungut Anesa dalam hati.
Di dalam bus, Anesa merasa tersiksa. Bangku yang tersisa tinggal dua, itu pun di pojok. Mau tak mau Anesa menghampiri lelaki itu yang di anggapnya aneh. Lelaki itu dengan tenang duduk di bangku paling pojok sambil berkutik dengan ponsel di tangannya.
“Loe mau duduk di sebelah gua? “ Tanya lelaki itu. Anesa bergeming.
“Udahlah, loe ngga’ usah sok jaga image gitu! Gua tau loe…”
“Eh bro, kayaknya gua harus mikir-mikir dulu deh untuk duduk di samping loe!” potong Anesa.
“Halah, cewek emang sok jual mahal, padahal doyan. Haha” celetuk seorang lelaki sangar di depan Anesa yang tengah duduk sambil menghisap rokok kreteknya.
Anesa masih berdiri, ia hendak ingin membalas hinaan lelaki sangar itu namun ia terlonjak saat sebuah tangan menariknya hingga ia terduduk di samping lelaki itu.
“udahlah, loe ngga’ usah ladenin mas-mas itu. Kalo loe ingin aman! “ sahut lelaki itu setengah berbisik.
Anesa mendecak sebal. Ia memalingkan wajahnya. ‘masa bodo’. Yang ia inginkan saat ini hanya cepat sampai rumah dan ngomel-ngomel sang kakak.
Selama perjalanan, Anesa bergeming. Walaupun lelaki di sampingnya berusaha mengajaknya bicara. Rintik-rintik hujan masih turun dengan derasnya. Ia masih menata hatinya yang di penuhi amarah.
“Gua turun di sini, loe hati-hati deh!” ucap lelaki itu.
Ia beranjak dari duduknya melangkah menuju pintu bus. Menghilang. Anesa masih bisa melihat dari kaca jendela. Lelaki itu menatapnya, tangannya melambai tanda kemenangan.

* * * * * * * * *

Seragam putih abu-abu Anesa basah kuyup. Ia berlari-lari kecil menghampiri teras depan rumahnya ‘kalo gua lewat depan, tuh lantai bakal basah. Yang ada gua malah di omelin’ batinnya. Ia pun memutuskan untuk lewat belakang.
Seusai mandi, ia beranjak menghampiri kamar Roy. Ia mengetuk pintu kamar sang kakak dengan tidak sabar. Ia  memegang gagang pintu.
“Non Nesa…” panggil salah satu pembantu yang sangat di sayangi anesa. Bi Imah.
“Iya bi…” Anesa menyahut, tangannya masih memegang gagang pintu.
“Minum teh hangatnya dulu non” pinta bi Imah dari jauh. Setengah berseru.
“Di taruh di kamar Nesa aja bi. Nesa masih ada urusan” seru Anesa.
Ia membuka pintu dengan seribu langkah. Ia menubruk Roy dengan ganas bak banteng melihat kain merah. Lalu memukulnya dengan beringas.
“Apa-apaan sih dek!” Roy menepis setiap pukulan Anesa.
“Loe tega amat sama gua. Amat aja kagak setega tuh” Anesa manyun. Roy mencubit hidung Anesa yang termasuk kategori mancung.
“Sorry deh, gua ada mata kuliah barusan. Nih aja baru balik”
“Halahh, alasan! Bilang aja kalo loe males jemput gua karna hujan. Atau jangan-jangan loe abis ngapel yah sama pacar loe yang noraknya selangit” selidik Anesa
“Norak banget loe dek!”
‘ttukk’
Tangan roy mendarat di kepala anesa. Menjitaknya.
“Aww..sakit tau!!” rengeknya. Roy memeletkan lidahnya. Ia ngeloyor meninggalkan sang adik. Anesa menguntut dari belakang sambil nyerocos.
“Kalo loe ngga’ telat jemput gua, mungkin gua ngga’ akan capek-capek lari nyampe halte. Keujanan, ketemu cowok aneh & pedenya selangit, naik bus ketemu cowok sangar, basah kuyup. Loe ngga’ ngerasaain penderitaan gua! Untung aja gua ngga’ sampe di culik” cerocos Anesa meluapkan emosinya.
Roy mengambil soft drink dari lemari es, menenggaknya.
“Hp gua mati roy! Gara-gara tadi keujanan. Loe harus gantiin!”
‘uhuk-uhukk’,
roy tersedak.
“Loe cerewet banget sih dek. Terus yang lagi menderita kan loe dek, kenapa gua yang kena?”
“Ih loe gitu banget sih Roy, ini juga kan gara-gara loe ngga’ jemput gua!”
“Tadi kan gua udah bilang dek, gua itu…”
“Gua benci sama loe!” potong Anesa. Ia berlari ke kamarnya.
“Yah dia ngambek…”
Anesa berpapasan dengan sang ayah di tangga hampir menabraknya.
“kenapa lagi sayang? Pasti berantem lagi yah sama kakak kamu, Nes?” Tanya sang ayah, Didi.
Anesa tidak menggubris. Ia berlari hingga terdengar bantingan pintu kamarnya.
‘brakk!’
Ayahnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kedua anaknya. Ia mengambil Koran di meja kerjanya.
Ponsel Roy bergetar, tertera nama ‘Haykal’ di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama ia mengangkatnya.
“Roy, rumah loe dimana sih? Dari tadi gua muter-muter nyari alamat rumah loe ampe nyasar nih gua” gerutu Haykal di sebrang telpon.
“Trus sekarang loe dimana?”
“Di kafe tempat biasa kita nongkrong”
“Oke, gua kesana sekarang”
“Siip deh, gua tunggu!”
‘Klik’
Telpon mati.
Roy meluncurkan avanza hijau toscanya keluar rumahnya terbang menyusuri pelataran jalanan yang berlau lalangnya kendaraan. Lampu-lampu menerangi jalanan, cahayanya temaram.
Anesa berdiri di balkon kamarnya. Di sampingnya telah siap dengan teleskop. Malam ini ia ingin meneropong sang bintang yang berkelap-kelip dengan indahnya. Senyumannya mengembang saat menemukan segerombolan bintang Sirius.
‘clak..clak..clakk’
Butiran Kristal kembali tumpah kepermukaan bumi. Menyerbu alam jagad raya. Menyeruak ke setiap penjuru penghuni bumi dan menghantam segala yang di laluinya. Mendung tampak gelap di langit kota Jakarta ini
“Loh, kok ujannya turun lagi sih…tuh kan siriusnya pada sembunyi” gerutunya.
‘tinn…tinn…tinn’
Avanza hijau tosca bertengger di depan gerbang istana seraya menjerit-jerit meminta pertolongan. Satpam penjaga istana membukakan gerbang istananya dengan payung di tangannya. Avanza hijau tosca itu meluncur masuk kedalam kandangnya untuk di istirahatkan. Satpam menutup gerbangnya lagi.
Anesa memperhatikan mobil kakaknya yang telah masuk ke kandang rumahnya. Garasi.
“Abis ngapain tuh brother malem-malem gini baru dateng?”
‘Ahhaa’ fikirnya
“Kebetulan nih, gua kan lagi laper banget. Barangkali dia bawa makanan dari luar. Asyikk…” ia tersenyum jail.
Baru saja anesa melangkahkan kakinya, ia melihat kebawah dimana sang kakak keluar dari mobil kesayangannya.
“Tunggu! Loh, brother ngga’ sendirian. Dia sama temennya. Ah bodo amat! Turun ah..” tuturnya cuek.
Anesa menuruni anak tangga dengan langkahnya yang cepat. Saking cepatnya, ia tak menyadari seseorang di depannya tengah berdiri membelakanginya. Ia menabraknya. Keduanya terkejut saat seseorang itu balikan badannya ke arah anesa yang sedang mengusap-usap jidatnya.
“L-loe?” seru keduanya serempak
“Ngapain loe di sini?” Tanya lelaki itu.
Sebelum Anesa ingin menjawabnya, lelaki itu melanjutkan pembicaraannya lagi
“Wah, loe pacar…simpanannya Roy yah? Atau loe pembantunya. Hemz, bukan, loe…”
Dengan geram, Anesa memotongnya.
“Ini rumah gua! Roy kakak gua, loe jangan sok tau gitu deh!”. lelaki itu manggut-manggut.
“Haykal…” panggil Roy.
Roy menghampiri keduanya setelah melihat Anesa dan Hhaykal tengah berhadapan.
“Loe kenal dia dek?” Tanya Roy
“Dia cowok aneh yang gua ceritain tadi roy!” tukas Anesa
“Ehh apaan sih, gua bukan cowok aneh keyless. Gua normal bray!”
“Iya loe kagak aneh tapi G-I-L-A!” tandasnya
“Roy, adek loe resek banget sih. Masa tadi siang di halte dia nendang kaleng kena kepala gua? Untung aja nih kepala kagak benjol” cerocos lelaki itu yang ternyata Haykal
“Hahaha. . . “ roy tertawa meledek. Anesa mencibir
“Loh, kok loe jadi ketawain gua sih?”
“Kalian jodoh kali!” sahut Roy sambil berjalan menghampiri dapur.
Anesa dan Haykal saling pandang.
“Gue, jodoh sama loe?” Tanya keduanya
Anesa bergidik ngeri. Ia ngeloyor meninggalkan Haykal yang masih agak terkejut dan hampir pingsan
“Bawa makanan yang anget dari luar ngga’ Roy?” Tanya Anesa saat Roy tengah menyiapkan sebuah makan dari kantong plastik
“Bawa dong..enak lagi. Hemz..apalagi nih makanannya anget. Pas banget ama suasana hujan yang dingin kaya gini. Loe pasti ngiler deh” cerocosnya sambil tersenyum jail. Anesa mendekat.
“Eitsz…tapi nih makanan bukan buat loe dek.” Tukas Roy. Anesa cemberut
“Oh… loe tega ama gua Roy! Masa buat adek sendiri ngga’ boleh sih. Nih ketiga kalinya loe memperlakukan gua semena-mena. Loe jahat!”
“Bodo!” ia menjulurkan lidahnya sambil menuangkan air hangat ke gelas yang diisi dengan kopi lalu mengaduknya.
“Gua bilang papah nih, biar tau rasa!”
“Wah, ngadu…”
“Biarin, kan seharusnya loe tau, sebagai kakak harus peduli sama adeknya”
“Loe ngga’ ngomong sih”
“Loe aja kagak ngomong sama gua klo loe mau keluar”
“Gimana gua mau ngomong dek. Loe aja lagi ngambek. Gua kan tau kalo loe lagi ngambek kayak apa”
“Tapikan sekarang gua laper bingit Roy” pekik Anesa setengah merengek.
“Laper banget dek?”
“Bingitt…”
“Sama, gua juga” Roy menjulurkan lidahnya meledek.
“Wah, sialan loe kak!”
“Ya udah ngga’ gua kasih kalo gitu”
“Annouying bingit loe!”
Roy tidak menggubris. Ia membawa 2 piring berisi makanan dan meninggalkan 2 gelas kopi berharap adeknya membawakannya ke ruang tamu.
“Nih makanan dah datang” sahut Roy sambil tersenyum.
“Asyik, gua dah laper banget nih” Haykal mencomot sepotong pizza di meja yang telah di sodorkan Roy di piringnya. Ia mengunyahnya.
“Tadi adek loe kenapa Roy?”
“Oh… Nesa maksudnya?”
“Jadi, adek loe namanya Nesa” Roy mengangguk sambil mengunyah pizzanya.
“Dia lagi kelaperan”
“Trus loe kagak kasih pizza kita?”
“Nanti aja kalo dia nganterin minumnya baru gua kasih”
“Wah loe jail”
“Nesa…!” panggil Roy, tak ada jawaban.
“Are you still there my young sis?” tak ada sahutan
“Nesa, minuman kakak mana yang tadi udah gua sediain. Kok loe ngga’ nganterin kesini sih!” seru roy lagi.
Haykal beranjak dari duduknya
“Mau kemana loe?”
“Ke dapur, ngambil minuman”

Anesa duduk di samping rumhnya. Ia sibuk dengan ponsel ditangannya. Angin malam membelai wajah Anesa seraya menyapanya. Hujan masih setia mengguyur jagad raya. Anesa berdiri  menghampiri pagar teras rumahnya.
“Nesa...” panggil Haykal. Anesa bergeming lalu menghela nafasnya.
“Mau apa loe ke sini?” tanyanya cuek tetap membelakangi Haykal. Haykal berdiri di ambang pintu. Tersenyum.
“Katanya loe laper”
“Kata siapa?”
“Kata kakak loe lah, masa kebo”. Anesa mendecak sebal.
“Gue ngga’ jadi laper setelah lihat loe” jawabnya ketus
“Hebat banget dong gua kalo gitu” sahut Haykal
Anesa membalikkan badannya menghadap Haykal yang sudah duduk di kursi teras. Haykal merasakan perubahan ekspresi cewek di depannya. Ia buru-buru menjawab perubahan ekspresi itu sebelum Anesa angkat bicara.
“Yah…buktinya aja. Setelah liat gua, loe jadi kenyang.” Kata Haykal. Ia nyengir kuda memamerkan deretan giginya.
“Woy bro…gua bukannya kenyang tapi enek liat loe jadi pengen muntah!” tandas Anesa sadis.
“Wah, sama kakak kelas kok gitu dek” sahut Haykal lembut
“Gua ngga’ sudi di panggil dek sama loe”
“Ya udah, untuk malam ini gua ngalah aja deh. Nih pizzanya” Haykal menyodorkan 2 potong pizza berukuran bug size di atas meja yang di simpan di piring. Anesa bergeming.
“Biar ngga’ laper lagi Nes. Kasian tuh perutnya. Cacingnya berontak minta di kasih pizza” ledeknya. Anesa menggertakan giginya membuat Haykal ingin ngakak.
“Gua udah makan!”
“Loh, tadi Roy bilang keluargamu makan di luar. Bi Imah dan pembantu lain lagi pulang. Jadi ngga’ ada makanan buat malem ini”. Para pembantu memang lagi cuti sih. Ayahnya ada tugas dari kantornya, ibu mereka memang sudah 2 tahun meninggalkan mereka
“Duduk dong! Ga usah jaim lagi”
Dengan berat hati Anesa menaruh pantatnya di kursi depan Haykal yang di batasi sebuah meja. Roy melongokkan kepalanya dari balik pintu.
“Wah, jadi kalian disini rupanya. Gua ngga’ di ajak nih?”
“Sorry Roy, gua malah keasyikan berdua sama adek loe nih” sahut Haykal jail sambil melirik Anesa. Anesa menatapnya tajam.
“Katanya loe laper dek?” tanyanya seraya menghampiri sebuah kursi di samping mereka. Ia duduk.
“Ya udah, nih gua makan pizzanya”
“Nah gitu dong! Ngga’ usah jaim segala” ucap Haykal.
“Oh iya dek..”. ucap Roy
“Haykal lagi ada tugas di kampusnya. Untuk beberapa bulan dia akan tinggal bersama kita”
Anesa tersedak.
“Nih minum!” kata Roy
“Kakak juga udah izin sama ayah, dia udah ngizinin kok. Nah loe setuju kan?”
“Ya gua kan ngga’ ada hak disini. Yang ada hak untuk itu kan ayah”
“Nah, ya udah gua anggep loe setuju”
Anesa melanjutkan mengunyah pizzanya.
“Dan untuk beberapa bulan juga, ayah ada tugas ke luar kota, para pembantu juga minta cuti pulang kampung kecuali satpam”
“Berarti kita di rumah ini bertiga dong?” tanyanya shock.
“berlima Anesa sayang..”
“Iya berlima tapi kan pak Jaja sama pak Bowo jarang di rumah”
“Tapi kan intinya berlima Anesa sayang”
Anesa menghela nafas. Pizza di piringnya habis tak tersisa.

Pagi yang cerah. Semburat senyum di wajah Anesa menghilang saat ia berpapasan dengan Haykal di tangga.
“Mau berangkat sekolah kan?” Tanya Haykal
“Ngga’, gua mau mejeng!” tukasnya cuek.
“Sebelum berangkat sekolah, loe sarapan dulu gih..” pintanya lembut.
“Tanpa loe minta juga gua bakal sarapan dulu keyless” ujar Anesa
Anesa menghampiri meja makan. Ia mencium aroma nasi goreng yang membuatnya ingin cepat-cepat mencicipi. Aromanya menusuk ke hidung, sedap. Ia mengambil piring yang sudah di sediakan dan mengambil beberapa bagian. Satu sendok telah masuk ke mulutnya
“Enak banget..” gumam Anesa. Haykal berdiri tak jauh darinya. Membuat cowok itu mengembangkan senyumannya.
“ngga’ di ajak nih gua nya?” candanya
Anesa terhanyut dengan nasi goreng di hadapannya.
“Enakan, nasi gorengnya?”goda Haykal.
Anesa dengan cepat menghentikan kunyahannya. Ia tersadar, ‘siapa yang udah bikin nasi goreng ini? Roy ngga’ mungkin banget. Paling dia masih molor’ batinnya. Haykal melambai-lambaikan sebelah tangannya di hadapan Anesa.
“Roy kemana?” Tanya Anesa
“Masih di kamarnya”
“Terus yang bikin nasi goreng ini siapa?”
“Siapa lagi kalo bukan gua”
“Wah sombong!” Haykal tersenyum jail. Anesa beranjak dari duduknya setelah menghabiskan setengah piring nasi goreng lalu meneguk air putih yang tersisa setengah gelas.
“Mau berangkat sekarang?” Tanya Haykal.
“Bukan urusan loe!”
“Nesa, hari ini gua yang nganterin..”
Anesa menghentikan langkahnya. Ia tercekat.
“Apa loe? Nganterin gua”
“Ngga’ usah shock gitu deh nona Anesa yang terhormat” Anesa bergeming. Masih shock
“Takut telat, yuk gua anterin..”
Haykal menarik tangan Anesa. Anesa menepisnys
“Gua bisa sendiri”
Anesa dengan berat hati masuk ke mobil BMW-nya Haykal yang tadi pagi di kirim oleh temannnya dari bengkel.
“Nes..”
Anesa tak menggubris
“Anesa..” panggilnya lembut
“Apa?”
“Kok loe cerewet banget sih jadi cewek?”
“Kalo loe lagi nyetir ya nyetir aja! Ngga’ usah Tanya-tanya!”
Haykal tersenyum kecut. BMW itu menepi tepat di depan gerbang SMAN 147 Jakarta.
Anesa turun dari BMW itu
“Nes..belajar yang rajin ya”
Anesa tak mengucapkan apapun. Ia menyeret kakinya dengan langkah terburu-buru.

Haykal meluncurkan BMW-nya meninggalkan SMAN 147 Jakarta. Tiba-tiba ingatannya kembali pada saat pertama Anesa menuruni anak tangga. Ia mengenakan seragam batik SMA-nya. Bando menghiasi rambutnya yang sengaja di gerai. Wajahnya natural tanpa make up yang terpoles di wajahnya. Senyumannya yang terlihat ceria, tatapan matanya bak mata elang yang menatap tajam. Cara bicaranya yang cerewet tapi khas banget. Ia suka Anesa yang seperti itu.
‘Kenapa gua mikirin cewek cerewet itu’ desahnya.
Ia tersenyum kecut. Tangannya bergerak menekan tombol on pada DVD-nya. Lagu I’m fallin love nya j-rock mengalun mengisi ruangan mobil BMW-nya.

Roy terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia bangkit dari tidurnya. Menyambar handuk yang tergantung di pintu kamar mandi kamarnya. Selang berapa menit ia kembali dari kamat mandi. Ia membuka pintu lemari. Mengambil celana jins dan kaos kream pendek. Ia menuruni anak tangga, melangkah ke dapur
“Haykal mamang jago masak”. Ia tersenyum saat melihat sepiring nasi goreng utuh di atas meja makan. Ia menyantapnya.

Haykal memarkirkan BMW-nya di parkiran kampus universitas islan negri Jakarta. Ia turun dari BMW-nya. Seorang cewek menghampirinya.
“Hai sayang..” sapa cewek itu
“Angel, gua bukan pacar loe lagi. Faham!”
“Iya gua tau..ngga’ ada salahnya kan kita balikan lagi? Kita mulai dari nol..” sahut Angel.
Haykal tak menggubris. Ia menyeret kakinya ke lapangan basket bergabung dengan teman-temannya.
“Pagi bro..” sapa Haykal. Tangannya melayang di udara, Alex menerpanya
“Juga, Oh ya, loe udah tau belom kal?
“Apaan?”
“Dosen kita lagi kewalahan ngadepin senior-senior kita yang lagi nyiapin demo gara-gara salah satu temenya di DO. Padahalkan bentar lagi mereka akan ujian” terang Alex
“Lah, tuh senior di DO gara-gara apa?”
“Nah itu yang gua tanyakan”
Haykal duduk di samping Alex. Beberapa menit kemudia para mahasiswa mahasiswi berlalu lalang memasuki kelasnya masing-masing
Anesa terpekur dengan khayalannya. Pandangannya nanar menembus cakrawala. Ingatannya kembali pada saat menuruni anak tangga. Menghirup aroma nasi goreng yang lezat di pagi hari yang jarang banget di lakukannya. Melihat sosok asing yang baru kemarin di kenalnya. Rasanya pagi ini berbeda dari biasanya. Tunggu..! bahkan, kedatangan Haykal di rumahnya membuat ia bergidik ngeri.
Setiap ketemu tuh cowok. Pasti bawaannya mangkel. Anesa menghela nafasnya berat. Lalu menghembuskannya dengan perlahan.
“Nes..”
Anesa membuyarkan lamunannya. Ia melirik ke arah Frian. Sang kekasih hatinya yang tengah berdiri di belakangnya. Frian memasang tampang ceria agar Anesa bisa tersenyum kembali di pagi ini. Frian mengambil bangku tepat di samping kekasihnya di saat jam isitirahat berbunyi.
“What happened my princess?” Tanya Frian. Anesa menggeleng males rasanya menceritakan kedatangan orang asing di rumahnya pada kekasihnya itu.
“Princess, keep smilling…please!” Frian memohon. Ia menggapai tangan kanan Anesa yang sedari tadi bertengger di atas mejanya. Anesa tetap bergeming.
“My prince..”bisik Anesa
“Yes honey”
“Sebaiknya kita ke kantin yuk!” ajak anesa. Frian tersenyum lalu mengangguk.
Hingar binger kantin cukup rame siang itu. Untung saja masih ada tempat untuk Anesa dan Frian. Mereka berdua menuju tempat yang masih kosong. Orion and the gank mengambil tempat kosong itu, di tangan orion bertengger semangkuk bakso lalu sengaja menabarak Anesa. Dengan langkah yang cepat, Frian ingin sekali melindungi ceweknya namun ia terlambat, semangkuk bakso itu tumpah mengenai seragam batiknya. Anesa kepanasan.
“Aww…” jerit Anesa
“Oops..i’m sorry my dear Anesa” ucap Orion
Anesa menatapnya tajam. Begitupun Frian. Tak kalah tajamnya. Frian  melangkah maju ingin memukul bahkan menonjok Orion tapi tangan anesa menahannya.
“Biarkan saja!” bisik Anesa
“Gua peringatin ya, kalo loe sekali lagi bikin cewek gua menderita. Loe bakal lebih menderita lagi dari dia. Gua ga segan-segan bunuh loe!” maki Frian sambil mengambil krah baju Orion. Orion hanya cengengesan.
“Wow..masih ada pelindung rupanya” sahut Bima anak buah Orion.
“Gua muak sama loe!” cecar Anesa tepat di muka Orion. Ia berlari meninggalkan kantin. Frian menyusulnya.

BMW merah metalik bertengger di depan gerbang sekolah SMAN 147 Jakarta. Sang pengemudi memundurkan mobilnya agar siswa-siswi yang berlalu lalang meninggalkan sekolahnya tidak terhalang oleh mobilnya. Pengemudi itu tengah menunggu seseorang yang baru saja ia kenal
Anesa berjalan bersampingan dengan teman sebangkunya Sonya. Meninggalkan SMAN 147 Jakarta.
“My princess..” panggil Frian
Anesa menoleh ke arahnya
“Gue anterin pulangnya ya” tawar Frian
“Gua di jemput sayang”
Anesa melihat sebersit kecewa di raut muka Frian
“Ya udah kalo gitu, gua balik. Hati-hati ya” Frian mengecup keningnya. Ia berlalu meninggalkan mereka

Haykal melambaikan tangan kananya saat menemukan orang yang tengah di tunggunya. Ia tersenyum.
“Jemputan gua udah nunggu. Duluan yah” pamit Anesa. Sonya tersenyum. Anesa berlalu.
“Kok yang jemput bukan kak Roy yah?” fikir Sonya, heran.
       Anesa menghampiri Haykal yang tengah menunggunya. Haykal tersenyum,. Anesa memasang tampang dingin sedingin salju di dua kutub.
“gimana belajarnya?” Tanya Haykal lembut
Anesa melengos. Ia masuk kedalam mobil. Haykal hanya mampu menghela nafas dengan tingkah adiknya Roy itu. Teman kuliahnya. Haykal berjalan menghampiri pintu mobil. Ia masuk mengemudi.
Haykal menyulut rokoknya, menhisapnya. Asap-asap kecil yang keluar dari mulutnya berkeliaran di ruangan BMW-nya. Anesa hampir saja batuk sebelum tangannya menggapai hidung mancungnya.
“bisa ngga’ sih loe ngerokok ngga’ di dalem mobil?” terka Anesa sengit. Haykal tak menjawab.
Broken angel-nya Arash feat Helena mengalun menyelimuti BMW itu. Haykal menoleh ke arah Anesa. Ia mengernyitkan keningnya,
“Seragam loe kok basah Nes?”
“Ngga’ usah Tanya-tanya!” tandas Anesa
“Kenapa sih loe cuek banget sama gua? Gua kan temen kakak loe”
“Loe temen kakak gua bukan berarti loe temen gua” ungkapnya.
Hening…
       Im so lonely broken angel
       I’m so lenely listen to my heart
Haykal memutar arah jalan ke selatan
“Kok lewat sini sih?”
“Kita mampir dulu”
“Ahh bête banget gua ma loe! Gua pengen cepet balik. Gua dah ngga’ nyaman ma bajunya nih..” Haykal menurut.

* * * * * *

Anesa berpapasan dengan Roy di ruang tamu. Jalannya tergesa-gesa
“Kenapa baju loe dek?”
Anesa mengangkat tangan tanda jangan banyak Tanya. Roy sudah tau dengan kode seperti itu. Roy mengalihkan pandangannya. Haykal menggeleng
‘brakk’
Dentingan pintu kamar anesa berbunyi nyaring, menggetarkan suasana rumah yang teramat sepi itu.
“Arghh..Orion sialan!” umapatnya
“Ngga’ di rumah, ngga’ di sekolah. Ada aja yang bikin gua bête setengah mampus”
Ia meraih handuknya yang tergantung di pintu kamar mandi kamarnya. Ia masuk menggantikan pakaiannya.
Roy dan Haykal berbaring di sofa sambil menonton tv ditemani cemilan di atas meja. Roy sibuk dengan ponsel di tangannya. Haykal sibuk dengan fikirannya.
“Adek loe cuek banget ya ma gua” ujar Haykal
“Biasa..dia emang gitu kalo sama orang asing”
“Tapi kan gua temen loe!”
“Menurutnya, loe temen gua bukan berarti loe temennya juga, Kal!”
Haykal terdiam mencerna ucapan sahabatnya itu
“Loe sabar aja!”. Haykal mengangguk
“Tadi loe kuliah?” Tanya Haykal
“Kagak! Dosennya lagi pada sibuk”
“Bukannya sibuk, man! Para dosen kewalahan ngadepin para senior yang mencoba demo gede-gedean” terang Haykal.
Roy bangkit dari pembaringannya mengganti posisi hingga ia duduk. Haykal buru-buru menjelaskan sebelum Roy angkat bicara
“Para senior ngga’ pada terima salah satu temannya di DO man!”
“DO??”
Haykal menggangguk
“Mereka kan bentar lagi ujian?”
“Nah itu dia yang sedang di pertanyakan”
Ponsel Roy bergetar. Ia melihat ke layar ponselnya. Ia menjawab telpon dari seseorang. Ia bangkit meninggalkan Haykal di ruang TV.
Senja mulai menyingsing dari ufuk barat. Angin sore itu menerpa rambut Anesa yang tergerai sebahu. Ia termenung di kursi samping kolam renang. Kedua tanggannya menopang dagunya.
Sebuah tangan terulur menawarkan jus alpukat tepat di depan muka Anesa. Lamunannya buyar. Haykal tersenyum. Ia meletakkan segelas jus alpukat di hadapan Anesa
“Gua tau. Loe cewek cerewet yang selalu ceria. Semenjak kedatangan gua di rumah loe. Loe jadi dingin dan senyuman loe ngga’ seceria lagi” tutur orang itu
“Apaan sih loe!” tukas Anesa
“Nes..hidup itu harus menerima. Orang asing bukan berarti penjahatkan? Gua temen kakak loe dan gua pun ingin berteman dengan loe”
Anesa bergeming
“Gua ngga’ mau loe tersakiti, terkhianati, terluka, karna gua ingin jadi pelindung loe. Itu sebabnya gua dekatin loe Nes”
Anesa tercekat
‘Nih orang lagi ngomong apaan sih’ batinnya.
“Gua minta maaf soal insiden waktu itu” haykal mengulurkan tangan kanannya.
‘Dia minta maaf, mungkin sebaiknya gua pun..’
Butiran bening mengguyur permukaan bumi sore itu. Haykal yang tengah menunggu uluran tangan dari Anesa segera menariknya. Merangkulnya agar cewek itu tidak kehujanan. Keduanya berlari-lari kecil menghampiri istana. Berlindung dari tetesan hujan.
Pelataran rumah itu licin di guyur hujan. Anesa hampir terpeleset kalo saja tangan haykal tidak melindunginya. Anesa jatuh kepelukan haykal. Mata keduanya beradu. Ada rasa hangat dan nyaman merasuk kejantung Anesa. Dengan cepat, Anesa menegakkan tubuhnya. Pipinya merah padam. Haykal melihat semburat merah di pipi gadis itu sebelum gadis itu mengalihkan pandangannya. Anesa berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan haykal tanpa sepatah katapun
Tetesannya masih mengguyur alam jagat raya dengan setia. Anesa bersembunyi di balik selimut menutupi sebagian badannya. Pandangannya lurus ke arah televisi di ruang keluarga. Ia berbaring di sofa.
“Kak Roy..loe dimana?” teriak Anesa
“Roy sedang keluar sama pacarnya. 15 menit yang lalu” timpal Haykal.
“Terus loe sendiri ngga’ jalan sama pacar loe? Ini kan malem minggu..” sahut Anesa
Satu pesan masuk ke dalam ponselnya
prince Frian
maaf princess..gua ngga’ bisa datang ke rumah malam nie
ujannya gede banget sih..
maaf ya sayang…
Anesa mengabaikan pesan dari pacarnya
“Jalan yuk Nes..” ajak Haykal
“Ah males..!”
“Pliss..”
Haykal menarik tanga Anesa agar gadis itu bangun dari balik selimutnya. Anesa menyerah.
“Iya, iya..gua ganti baju dulu kalo gitu”
‘Siip’ batin Haykal. Ia tersenyum.
BMW merah metalik keluar dari istana setelah pak Bowo membukakan gerbang.
“Pacar loe sendiri ngga’ ngajak jalan, Nes?”
Anesa mendecak sebal
“Dia ngga’ mau datang kalo ujannya gede kaya gini”
“Wah…ngga’ ada pengorbanannya sama sekalia tuh. Masa gara-gara hujan ngga’ datang sih” cerocos Haykal.
“Dia naik motor, bego” desis Anesa. Air hujan yang lebat membuat Haykal tidak mendengar desisan Anesa.
Innocence-nya Avril Lavigne mengalun di ruangan bmw itu. Haykal mendaratkan BMW merahnya di parkiran mall Cijantung.
“Biar loe ngga’ bête gara-gara pacar loe ngga’ datang, ada game yang seru loh…”
“Emangnya loe tahu game kesukaan gua?”. Haykal mengangguk
“Ice skating sama bowlingkan?” nadanya menggoda
“Kok loe tau sih??” sumring di mimik Anesa
“Iya dong..sang pelindung putri kan harus tau” godanya.
Anesa memukul pelan tangan Haykal. Haykal mengembangkan senyumnya. Haykal menggandeng tangan Anesa. Tepat di lantai 5 mereka kegirangan.
“Gua pengen seluncur dulu…” seru Anesa
“Boleh…kita balapan…oke?” tantang Haykal
“Siapa takut!”
Keduanya memakai skate. Terjun ke salju. Tawa mereka tak henti-hentinya. Anesa menemukan dunia barunya malam ini. Berseluncur tak semudah yang kita bayangkan. Kalau yang bermainnya belum bisa mengendalikan skate. Tuh orang bakal jatuh. Untung saja princess Anesa begitu jago memainkan skate-nya. Berseluncur di salju buatan.
“Huaaw..gua menang!” seru Anesa disusul Haykal.
“Gimana sekarang? Udah lebih fresh?”
Anesa mengangguk. Haykal menggapai kedua tangannya.
“Izinkan gua jadi pelindung loe, princess” ucapnya tulus.
Anesa melihat ketulusan yang tersorot dari mata lelaki itu. Anesa melepaskan tangannya dari genggaman Haykal. Ia berlai memainkan skate-nya. Mengatur detak jantungnya yang seakan berhenti berdetak.
Selesai main time zone, teruatama bowling. Keduangnya menaiki lift ke lantai 6. Perut keduanya keroncongan minta di isi. Cacing-cacingnya berontak mencabik-cabik perut. Anesa memilih tempat di ujung yang menghadap jendela. Keduanya duduk berhadapan. Pelayan menghampiri keduanya.
“Loe pesan apaan Nes?”
“Gua lagi pengen ayam di baluti mayones sama saus pedas. Kayanya enak banget”
Haykal berbicara dengan pelayan memesan menu. Sambil menunggu pesanan. Anesa mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat. Pelayan itu kembali dengan 2 piring dan 2 gelas di tangannya. Pelayan itu berlalu. Keduanya menyantap makannya masing-masing
“Emangnya rumah loe jauh ya dari kampus?”
Haykal mengangguk
“Untung kakak loe berbaik hati sama gua. Menampung gua di rumahnya”
Makanan mereka telah habis. Mereka masih menikmati obrolannya. Satu pesan masuk di ponsel anesa
089663874xxx
My dear Anesa, malam ini loe kencan sama siapa?
Mesra banget kayaknya, apalagi…saat main skating
‘glekk’
‘Ini pasti Orion!’
Ia mngedarkan pandangannya. Mencari ke sekeliling restaurant.
“Kenapa Nes?”
“Ngga’ apa-apa, balik yuk!”
Keduanya beranjak dari tempat. Baru 3 langkah. Pandangannya melihat sosok yang sangat ia kenal. Ia berniat menghampirinya. Ia tercekat saat seorang cewek tersenyum dan mendekatinya. Lelaki itu menggandeng tangan cewek bahkan merangkulnya. Keduanya tersenyum mesra. Anesa mendekati pasangan yang tengah memasuki toko perhiasan
“F-R-I-A-N..!” seru Anesa geram.
Pasangan itu menoleh
“Princess..”peluk Frian tegang
“Oh jadi ini penghalang loe ngga’ ngajak gua jalan? Bahkan loe telah melupakan anniversary kita, malem ini?”
“Princess, biar gua jelasin..” sergah Frian
“Ngga’ ada yang perlu di jelasin! Semuanya udah jelas malem ini!” bantah Anesa
Anesa berlalu. Frian mengejar. Ia berusaha meraih tangan anesa
“Anesa! Pliss…dengerin dulu”
Anesa meronta saat tangan kanannya berhasil di gapai Frian.
“Kita…P-U-T-U-S!” tandas Anesa
“Tapi…” sergah Frian
Anesa telah berlalu terlalu jauh untuk frian kejar.
Haykal tengah celingukan mencari Anesa. Sejak dari restaurant Anesa menghilang
Satu pesan masuk di ponsel haykal
Sorry, gw ninggalin loe. Gw di parkiran skrg!
Nesa
Haykal memasukkan ponselnya ke saku bajunya.
“Loe kemana aja sih princess Anesa??” tanyanya saat di parkiran.
Anesa menghambur kepelukannya. Air matanya tak dapat tertahankan lagi. Haykal mengelus-elus kepala gadis di hadapannya.
“Gua baru aja di selingkuhin” ujarnya masih dengan isakan. Tetesan hujan masih setia menumpahkan  permukaan bumi
“Gua akan tunjukin tempat yang membuat loe merasa jauh lebih baik “ bisik Haykal.
BMW meluncur meninggalkan pelataran mall Cijantung malem itu. Senyap merambat perjalanan. Hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang
“Gua tau perasaan loe gimana..sesungguhnya malam loe harus tunjukin pada hujan kalo loe ngga’ sesakit saat loe di selingkuhin”
Haykal memarkirkan mobilnya di depan kantor ayahnya. Ia menarik Anesa agar dia ikut ke dalam kantor ayahnya. Mereka naik ke lantai paling atas.
“Sebelum keluar melintasi hujan di atas gedung ini. Loe harus pake jas hujan nih..”. Haykal menyodorkan jas hujan di tangannya agar anesa memakainya.
Anesa menurut. Setelah jas hujan itu menutupi tubuhnya dan kepalanya. Ia keluar, menikmati hujan di malam hari. Menumpahkan isi hatinya dan kenangannya saat ia dikhianati oleh sang pangerannya. Malam itu, hujan menjadi saksi bisu atas berakhirnya sebuah hubungan dengan Frian Alviando.
Haykal berdiri di sampingnya.
“Apapun yang terjadi nanti gua akan selalu ada buat loe Nes” seru Haykal.
Anesa menoleh, senyumannya  menghiasi bibirnya. Ia menghambur ke pelukannya. Nyaman.
“Thanks my guardian angel”

*****

            Princess anesa. Gadis yang selalu di kejar-kejar cowok di sekolahnya berjalan di koridor menuju kelas tercintanya. Pagi itu gossip telah menyebar. Tentang frian dan anesa yang telah berpisah dan tidak saling mencintai. Tentang frian yang selingkuh dan segala tetek bengeknya. Anesa have fun aja tuh menanggapinya. Ia merasa terbebas dalam jeratan cintanya.
            Orion and the gank terlah menunggunya. Orion memiliki 4 anggota. Orion sendirilah sang ketua gank. Cool, ganteng dan pemberani. Sejak awal, orion memang sudah mengincar sang princess. Kalo saja waktu itu, pasti orion telah memilikinya. Orion pun sangat di incar-incar cewek –cewek di seantero SMAN 147 Jakarta. Cowok idaman.
“my dear anesa..” panggil orion setelah anesa mulai dekat dengan gannya. Orion mendekat.
“semalem loe jalan sama siapa??”
“bukan urusan loe!” gertak anesa
“boss, ni princess berani banget sama loe” ujar riko tak kalah gantengnya.
“emang kalian fikir gua bodoh apa, bisa takluk sama orion boss loe yang tolol ini, ha?” cecar anesa
Orion mendesis, ia meringis
“nih cewek kurang ajar banget sih boss!” ujar kiki
Orion masih memadang lekat mata elang princess.
‘gua suka sama loe, bego’ batin orion
Frian berjalan dari arah berlawanan. Anesa edengan cepat memperagakan actingnya di depan frian.
“my beb orion, gua juga sayang banget sama loe” kata anesa sambil membenarkan dasi orion.
Frian menghentikan langkahnya. Orion menggenggam  tangan anesa.
“princess. . “ gumam frian setangah tak percaya. Anesa tak menggubrisnya
“eh pengkhianat! Lebih baik loe jauh-jauh deh dari princess loe itu! Karena sekarang, boss prince orion  yang akan melindunginya. Bukan loe!” sergah riko.
Frian meninggalkan in the gank sambil bergumam yang tak jelas. Anesa melepaskan tangannya dari genggaman orion yang sedari tadi menggenggamnya.
“acting loe bagus juga my dear”
‘plakk’
Tangan kanan anesa melayang. Mendarat di pipi orion dengan nyaring. Ketiga shohib orion melongo.
Anesa mendecak sebal. Ia berlalu kedalam kelasnya dengan seulas senyuman. Anesa yang tadinya duduk di depan bangku frian. Kini pindah ke bangku belakang agar jauh dari cowok itu. Seketika itu, anak-anak kelas memborongnya dengan beberapa pertanyaan

Haykal tengah duduk di bangkunya. Sibuk dengan laptop di mejanya. Tangannya dengan licah menari-nari di atas keyboard. Pandangannya menatao ke aarah layar monitor konsentrasi.
“oh..loe sekarang ngincer anak sma nih,,” sindir angel.
Haykal tak menggubris. Earphone bertengger di kedua telinganya. Menikmati hentakan musik. Angel mencabut earphone di kepala haykal. Haykal terlonjak. Ia menghentikan ketikan di laptopnya. Menatapnya tajam.
“mau loe apa sih angel?” tanyanya santai
“gua mau kita balikan..” timpal angel memelas
“”gua rasa loe udah terhapus dalam list mantan gua. Loe bukan siap-siapa gua lagi”
“oh jadi loe lebih milih anak SMA sialan itu, gitu?”
“yupz..gua lebih saying sama da. Yang pasti dia jauh lebih baik dari loe. Luar dalam”
Angel berlalu. Matanya berkaca-kaca. Robi menghadang angel yang baru saja keluar dari kelasnya. Cewek itu menangis.
“kenapa loe?” Tanya robi
“haykal ga’ mau lagi sama gua” angel menyeka air matanya. Robi memeluk cewek itu.
“loe bisa move on kok dari dia. Apalagi loe cantik, seksi lagi. Banyak yang suka sama loe. Salah satunya gua” ungkap robi
‘dan gua akan ngancurin hidup loe! Gimanapun caranya!’ batin robi yang masih memeluknya. Menenangkan cewek itu depan kelasnya
Koridor kampus sepi. Robi mendekatkan wajahnya ke wajah angel. Dekat sekali tak ada jarak hingga angel merasakan hembusan nafas lelaki itu. Hembusan nafsu. Bibir robi telah menempel di bibir angel.
“ekhem “ dehem seseorang dari belakang mereka. Keduanya terlonjak saling melepaskan
‘ah sial’ umpat robi dalam hati
“siang mr. arya” sapa angel. Dosen itu terkenal killer dan ganteng. Masih muda.
“kembali ke kelas. Sekarang!”
Keduanya berpisah. Angel sekelas dengan haykal sedangkan robi menggoda cewek di depan ruang dosen
Senyum anesa tak henti-hentinya terlepas dari bibirnya. Ia tengah menyantap makan siangnya di kantin bersama sonya. Gelak tawa tak henti-hentinya mengiringi keduanya.
“gila loe..terus log gimana nes?”
“gue tinggalin aja tuh cowok”
Orion dating sendiri tanpa di kawal oleh ke 3 sohibnya. Duduk di depan anesa
“mau apa loe ke sini?” Tanya anesa
“maunya?” orion bolik Tanya
“sebaiknya loe pergi dari hadapan gua kalo loe ga mau gua tonjok pake garpu ini” ancamnya
“emang loe berani ma gua?” tantang orion
“sama cowok tolol kaya loe sih gua berani-berani aja!”
Orion bangkit dari duduknya. Anesa fikir orion akan  meninggalkannya. Ternyata ia salah besar. Orion malah mendekat.
“teman-teman yang ada di kantin siang ini” seru orion lantang. Membuat siswa-siswi yang tengah menyantap makanannya sejenak berhenti menyaksikan adegan mereka
“siang ini…”
Orion menggapai kedua tangan anesa menggenggamnya
“gua sama anesa pacaran!” tambah orion.
Mata elang anesa membulat. Seribu jarum menusuk tulang rusuknya. Perih. Rasanya ia ingin menonjok muka tuh cowok yang bersandiwara agar membuatnya malu. Tepukan tangan mengiringi ucapan orion. Menyetujuinya.
Sebagian para siswi ada yang menatapnya sengit ke arah anesa karna telah menganggapnya perempuan murahan dan sebagian para siswa ada yang menatapnya kecewa dan sedih kea rah orion yang telah memilih anesa. Bukan dia atau mereka.
Sebagian para siswa menatap anesa kecewa karna tidak pernah mendapatkan sang princess.
Anesa menepis tangannya dari genggaman orion. Melepasnya. Anesa mengambil segelas air putih di meja dan mengguyurnya ke muka orion.
“loe lebih pantes pacaran sama tuh air!” bentak anesa. Ia menarik tangan sonya agar segera meninggalkan kantin. Orion shock. Siswa-siswi masih melongo.
“gila loe nes. Loe berani sama tuh preman? Bahkan loe mengguyurnya. Hebat1” puji sonya setengah tak percaya.
“my dear anesa. . “ pekik orion di depannya yang tiba-tiba muncul.
Anesa dan sonya melangkah mundur. Orion mendekati anesa. Orion dengan cepat mendekat. Mendorong tubuh anesa yang ramping merapat ke tembok. Kedua tangan orion menjebaknya. Ia terperangkap. Sonya bergidik ngeri. Koridor perpustakaan itu sepi.
“karna loe udah bikin gua malu di depan anak-anak. Gua akan membuat loe lebih malu dari yang tadi!” geram orion tepat di wajah gadis itu. Anesa malah menantangnya.
“gua akan menunggu permainan dari loe!” bentak anesa. Telunjuknya menunjuk ke dada orion yang bidang dan atletis itu. Membuat orion terdorong ke belakang.
“dan sekarang. . gua harap loe lepasin gua!” pekik anesa
“oke, gua akan lepasin loe setelah gua cium loe” candnya di sertai seringaian nakal.
Anesa mendorong dengan kedua tangannya tubuh orion dengan keras.
“najis!” desis anesa
Sonya melihatnya dengan ngeti. Tapi ia salut dg anesa yang berani berontak dan melawan.
“kemanapun loe pergi. Gua akan sellu ada!” seru orion. Anesa tak menggubris seruan orion yang menghantam jiwanya.

******

“arya. . “ panggil didi saat jam kerja lagi isritahat
“iya omm..”
“kamu masih mengajar di UIN kan, ar?”
“masih om”. Didi manggut-manggut
“nanti malem, om tunggu di rumah ya..”
“hemz..ada acara apaan om?” Tanya arya bingung
“hanya sekedar makan malam biasa. Sekalian om kenalin sama anak-anak om?
Arya menyetujuinya atasannya yang sering dipanggil dengan panggilan om itu.
Makan malam belum di mulai. Didi sang tuan rumah, roy dan anesa adalah kedua anaknya dan haykal pun di ajak.
“nunggu siapa sih yah?” Tanya anesa. Ayahnya hanya mengembangkan senyuman

‘ting-tong’

Bel rumah itu menjerit. Bi imah mempersilahka tamunya masuk. Dari arah ruang tamu. Seorang lelaki berkaca mata tampak gagah perpaduan manis muncul. Berjalan menghampiri tuan rumah yang telah menunggunya.
“malem mom. . “
Arya mengulurkan tangan kanannya. Didi menjabatnya diiringi senyuman.
“maaf membuat kalian menunggu”
“mt. arya?” ujar roy
“roy?”
Didi memperkenalkan kedua anaknya pada arya begitu pun kehadiran haykal di rumahnya.
“anesa..” ucapnya saat tangannya berjabatan dengan arya
“arya. . “ arya mengembangkan senyumannya manis
“ekhem, pasti kalian sudah pada laperkan?” sang ayah memastikan.
“iya dong. . “ sahut anesa
Malem itupun mereka tengah menyantap makanan. Dentingan sendok bersahutan.
Sang malam telah merambat. Arya pamit untuk pulang. Melepaskan rasa lelahnya. Haykal dan roy tengah asyik di teras rumah
“ayah..” panggil anesa
“iya saying..”
“kak arya itu siapanya ayah?”
“dia  karyawan ayah di kantor plus dosennya roy dan haykal. Dosen bahasa”. Anesa manggut-manggut.
“ayah..”
“nesa kangen bunda” tambahnya.
“bukan nesa aja yang bunda. Ayah juga. Sayang”
“ayah tau ga keberadaan bunda dimana?” ayahnya menggeleng
“tapi ayah yakin suatu saat nanti bunda pasti akan menemui kita”  mantapnya.
Anesa beranjak dari duduknya. Menghampiri sang ayah yang tengah duduk di meja makan. Memeluknya.
“nesa sayang ayah”
Ayahnya mengecup kening anaknya.
“haykal..” panggil anesa
Haykal menoleh. Gitar ada di tangannya. Roy masih berkutat dengan ponselnya.
“huh..loe telponan mulu!” ujar anesa saat melihat kakaknya ketawa-ketiwi dan sekali-kali merayu. Seraya ponselnya di tempel di kuping kirinya. Roy memeletkan lidahnya.
“apa nes..?” sahut haykal.
Anesa duduk di hadapan haykal
“nyanyiin satu lagu aja buat gua” pinta anesa
“pengen di nyanyiin lagu apaan?”
“apa yah..” anesa pura-pura mikir
“apa aja deh. Tulus dari hati loe. Haha..” canda anesa
Haykal manggut-manggut. Tangannya mulai bergerak memainkan senar gitar. Memetiknya
            Meski hadirku tak pernah kau anggap
            Meski hatiku tak pernah kau hiraukan
            Namun di hatiku kau tetap yang terindah
            Untuk selamanya..
Anesa tercekat saat mendengar suara haykal yang merdu. Lembut. Entah kenapa suasana itu membuatnya merasa lebih nyaman bila dekat dengannya. 
            Hanya satu pinta dalam hidupku
            Hanya satu cinta dalam hatiku
            Hanyalah dirimu cintamu dan bahagiamu
            Meski kau bukan untukku…
Haykal tak pernah mengalihkan pandangannya dari anesa. Ia begitu menghayati lagu yang di lantunkannya.
            Kasih…
            Ku ingin kau tau semuanya
            Satu kata yang tak pernah terucap
            Cinta untukmu
Anesa meresapi lagu yang di bawakan lelaki di hadapannya. Ia memberanikan membalas tatapannya yang menghujam sampai ke jantungnya.
            Mungkin..
            Semua jadi sebuah rahasia indah
            Yang kan selalu tersimpan di hatiku..
Laguya vowels telah selesai haykal nyanyikan. Anesa tercekat dan agak tersentuh.
“haha..haykal alay tuh de “ canda roy.

* * * * *

Sebelum ia tertidur, anesa sempatkan untuk menatap sang langit. Berharap sang bintang tersenyum padanya di balik awan hitam. Hujan turun lagi. Ia menutup gorden hijau toscanya dan membiarkan pintu terkuak dengan lebar. Dingin malam berebut masuk ke kamar anesa membawa jutaan penyakit.
Anesa terbangun dengan kepalanya yang terasa berat. Flu pun ikut hadir dalam tubuhnya.
“selamat pagi princess..” sapa roy ceria
“tumben loe nyapa kak?”
“yaelah, di sapa salah, ga di sapapun salah. Gua harus gimana sih dek?”
“gua anterin ya dek” tawar roy.
“gak usah kak. Gua sama haykal aja!” serunya, roy hanya menjawabnya dengan cengiran.
“loe dah mulai nyaman niyee sama haykal. . cuit..cuit…” ledek roy
Semburat merah tersirat di pipinya. Ia mengambil tasnya dan memakai sepatu dengan cepat.
“my dear anesa..” panggil orion.
Orion muncul dari balik pintu kelas anesa. XII IPA-1. Anesa mendesah perlahan. Orion duduk di sampingnya setelah mengusir sonya.
“pagi-pagi udah nongol di hadapan gua..bikin gua tambah enek aja. Oh ya, gua tau..loe kesini karna pengen ketemu Diana kan? Mantan loe yang..” cerocos anesa tertahan
Jari telunjuk orion menempel di bibir anesa. Anesa terdiam
“loe cerewet banget yah” tukas orion
Orion menarik tangan anesa . anesa ingin menepisnya namun tangan orion begit erat mencengkeram tangan kanannya. Anesa pastah
“mau malu-maluin gua lagi loe?”
Orion menghentikan langkahnya. Menyadari sesuatu. Ia tak menggubris ocehan anesa. Ia membalikkan arah menghampiri bangku anesa. Mengambil tasnya. Menyeret anesa yang berusaha kabur
“loe mau kemana nes?” Tanya sonya
“gua pinjem dulu!” sahut orion yang tak jauh darinya.
Orion membuka pintu mobilnya. Berharap anesa masuk. Namun anesa berontak. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan kekar itu. Kuku-kukunya menancap di pergelangan tangannya. Sakit, perih yang ia rasakan. Anesa meringis.
“loe masuk, baru gua lepasin!” perintah orion
“kalo gua ga mau gimana?” tantang anesa
“cepetan! Sebelum guru ada yang liat, bego”
“gua masih ingin belajar! Ga mau bolos! Apalagi sama loe..”
Orion memaksa anesa agar segera masuk kedalam mobil. Anesa menyerah. Selalu menyerah. Bahkan kulit pergelangannya sedikit lecet. Anesa telah duduk di samping orion. Orion menjalankan mobil. Meluncur keluar sekolah.
“loe jadi cowok kok jahat banget yah!” omel anesa. Orion tak menjawab
“eh tolol kita mau kemana sih?” Tanya anesa
“surge” singkalnya
“gila loe! Gua masih pengen hidup, pengen meraih impian gua, terus bahagiain orang tua gua. Ga mau mati penasaran am aloe!” cecer anesa
“cerewet loe tingkat tinggi banget ya my dear”
Itulah yang membuat orion suka. Menurutnya ia menarik. Orion sering ganti-ganti cewek. Bahkan mempermainkannya namun tak ada satupun yang membuatnya nyaman dengan mantan-mantannya itu sewaktu pacaran. Ia menganggapnya pacaran dengan mereka-mereka hanya permainan semata karna belum ada ikatan pernikahan. Keluarganya sibuk dengan pekerjaannya sampe lupa waktu dan lupa kalo meraka punya anak. Duit mengalir namun kasih sayangpun ga ada. Ia merasa hampa. Itulah sebabnya orion selalu mempermainkan cewek-cewek. Melampiaskan.
“eh loe ngelamun?” Tanya anesa. Tak ada jawaban
“orion, loe ga denger gua ngomong apa yah” sedari tadi anesa memang ngoceh, berkicau baik burung nuri. Orion menoleh kea rah gadis itu. Melihat pergelangan tangannya.
“tangan loe berdarah?” tanyanya lembut. Anesa meringis.
Baru nyadar loe?”
Orion mempercepat lajunya. Kill your friend-nya my chemical mendayu-dayu di avanza merah itu.
Orion mengehentikan avanza merahanya tepat di sebuah perbukitan. Hujan belum turun. Awan tebal menyelimuti langit kota Jakarta.
“sini tangan loe” pinta orion.
Orion meraih peralatan obat-obatan di laci mobil. Meneteskan obat merah di luka itu. Membuat anesa meringis. Orion membalutkan perbannya ke tangan anesa.
“tas, loe taro di dalem mobil aja. Takut keujanan. Kan gua juga yang repot” terang orion di jawab dengan pelototan anesa yang sangat tajam.
‘ayo turun!”
Dengan malas, anesa turun dari mobil mengekor di belakang orion. Oriaon menghentikan langkahnya tepat di samping jurang. Anesa bergidik ngeri.
‘nih cewek pengen terjun apa yah..’ batinnya.
“anesa..” panggil orion
Anesa tak menjawab. Ia bergeming di belakang orion menghembuskan nafas.
“mungkin selama 3 tahun nih gua selalu menyiksa loe”
“dan gua ga nyangka kalo loe berani menentang dan membantah omongan –omongan gua” lanjutnya.
“dan itu yang gua suka dari loe..” tambahnya
“orion, sebenarnya kita mau ngapaian kesini? nant I ujan turun gua ga mau keujanan lagi”
Orion membalikan badannya. Ia menghampiri anesa. Tatapannya garang. Anesa fikir orion akan marah.
“nesa..apa loe ga nyadar? Slama ini gua suka sama loe. Saying sama loe. Dari awal seharusnya loe sama gua. Bukan frian!” orion melembut.
Anesa bergeming.
“gua tau, loe pilih frian karna dia pintar. Ga brandal kaya gua kan?” bentak orion
Anesa ingin menerka kalo saja orion tidak angkat bicara.
“dan sekarang loe tau kan. Kejelekan-kejelekan dia selama ini? Itu makanya gua berusaha melindungi loe. Tapi loe yang selalu menentang, membantah, dan menantang membuat gua gregetan sama loe” ungkap orion.
“dan satu hal yang harus loe tau..” ucap orion
“frian adalah kakak gua!” lanjutnya. Anesa tersentak. Selama 3 tahun. Dia baru tau kalo frian kakak orion?
“lebih tepatnya kakak tiri gua. Gua sengaja nyembunyiin fakta ini karena gua ga mau orang-orang tau kalo dia kakak tiri gua. Hidup kamu ga sejalan, nes. Pendapat kamu selalu berlawanan. Dia selalu merebut perhatian ayah. Itu yang gua ga suka.” Pandangan orion nanar.
Anesa kini tau rahasia yang bersembunyi selama 3 tahun ini.
“dan gua minta maaff sama loe” ucap orion tulus. Orion mendekat. Ia membisikkan sesuatu
“dan gua ga nyangka kalo sampe saat ini. Gua masih saying loe” ungkap orion
Anesa tertunduk
“tapi gua ga minta jawaban dari loe. Gua hanya sekedar ngungkapin doang kok” kilah orion.
Butiran bening berjatuhan menghantam sang bumi. Orion dengan cepat merangkul anesa ke rumah makan. Karna di bukit itu memang sudah di sediakan rumah makan yang unik.
BMW merah telah menunggu di depan sekolah. Pengemudinya bersandar di pintu luar mobil menghadap jalan. Sonya menghampiri sang pengemudi.
“jemput anesa ya kak?” Tanya sonya
“iya, dia kemana ya?”
“dari tadi dia di ajak bolos sama orion kak”. Haykal hanya manggut-manggut.
“duluan ya kak..” pamit sonya. Hanya menjawab dengan anggukan.
Sang mentari telah bersembunyi di ufuk barat. Sang rembulan bergelyut di balik pohon kelapa. Bintang mengintip anesa yang tengah berdiri di balkon kamarnya.
dan gua ga nyangka kalo sampai saat ini gua masih saying loe..’
Kata-kata orion masih terngiang menghantui perasaan yang hadir di jiwanya. Ia berusaha menguir perasaan itu
“nesa..” panggil roy di balik pintu.
Tak ada sahutan. Roy mengirim pesan ke adiknya.

            Dek, haykal ngajak loe jln. Dia dh nunggu di bawah tuh. .

Knpa ngga’ dia ajj yang sms?knp mesti loe?

            Haduh cepeten loe ganti baju sono! Gg usah bnyk tnya..

Anesa menurut. Ia menuruni anak tangga
“loe lama amat sih dek dandannya” omel roy
“bawel amat loe1”
Anesa beranjak masuk ke dalam mobil di ikuti haykal
“loe ga ikut kak?” Tanya anesa
“ga ah, nanti gua jadi obat nyamuk. Mending jaga rumah” seru roy yang tengah masuk ke dalam

Haykal memarkirkan mobilnya di kafe kesukaannya. Kedua mata anesa ditutup dengan kain slayer hitam. Haykal ingin memberinya surprise. Mereka naik ke lantai 3. Haykal menuntunnya. Mereka duduk di sebuah restaurant. Haykal membukakan kain slayer penutup matanya
“surprise..” seru haykal.
Benar-benar kejutan buat anesa. Di samping tempat mereka duduk. Ada sebuah kolam renang. Cahaya lilin membentuk tulisan. Indah sekali.

SELAMAT ULANG TAHUN PRINCESS

Anesa tersenyum. Ia menatap cowok di hadapannya. Bahkan ia sendiri tak menyadari kalo sekarng ia sedang ulang tahun
Avanza merah memasuki pelataran rumah. Pengemudi itu turun berjalan. Menghampiri pintu. Menekan bel. Seorang cowok membukakan pintu.
“cari siapa ya?”
“ada anesanya bang?” Tanya orion
“baru saja pergi”Orion menghela nafas dalam-dalam
“boleh menunggu di sini ga bang?” Tanya orion sambil menunjuk ke kursi di teras rumah
“masuk aja. . yu..!” ajak roy. Dengan halus orion menolak. Roy pamit ingin mengambil minuman.
BMW merah berhenti di pelataran rumah anesa. Turun dari mobil setelah haykal membukakan pintu mobil. Keduanya berjalan bersampingan. Orion berdiri dari kursinya. Anesa terlonjak saat mendapati orion tengah menunggunya
“kak haykal..” sahut orion, ia terkejut.
“orion..”
“jadi kalian selama ini..” sahut orion. Ia tidak melanjutkan kata-katanya. Ia menatap anesa.
“gue kecewa sama lie, nes” di letakannya bingkisan dari orion untuk anesa di atas meja. Orion berlalu. Anesa ingin mengejar. Kalo saja tangan haykal tidak menahannya. Hujan turun lagi. Anesa berlari ke kamarnya.
“dek, ini kaka. Kaka boleh masuk ya” roy masyk ke kamar adeknya. Anesa tengah duduk.
“tadi orion datang sejam yang lalu”
“kenapa loe ga nyuruh dia pulang?” tukas anesa
“dia yang minta untuk nunggu”
Haykal ikut hadir. Ia berdiri di ambang pintu.
“ada yang ingin gua omongin sama loe, nes” ucap haykal dingin.
Haykal berjalan ke pinggir kolam renang. Anesa membuntutinya. Serpihan hujan masih menyatu dengan sang malam.
“dulu..sewaktu gua masih duduk di bangku smp. Kedua orang tua kami bertengkar hebat. Bunda meminta gugatan perceraian. Papah menyetujuinyanya. Awalnya bunda kaget saat papah menyetujuinya”
Haykal menghela nafas
“papah minta, orion yang masih kelas 5 sd agar ikut dengannya. Dan gua..tanpa papah mintapun gua akan ikut bunda. Awalnya gua benci sama papah. Gara-gara menyetujui perceraian bunda”
Haykal memandang jauh menembus malam
“tapi, dia membiayai kuliah gua. Selalu mentransfer duit ke ATM gua. Dan gua pun sadar ga seharusnya gua benci sama papah. Dan orion..”
“orion benci sama gua gara-gara gue menghilang dari hidupnya. Baru sekrang kita ketemu. Bayangin aja. 6 tahun ga pernah ketemu! Gua selalu minta sama papah agar tutup mulut tentang keadaan gua ke dia. Dia pun menyetujuinya”
Anesa serasa kepalanya pusing. Kejadian dan informasi yang tidak terduga menghampiri dengan tiba-tiba.

* * * *

Pengumuman kelulusan telah anesa terima. Ia berjalan menghammpiri bangku di depan perpustakaan. Orion menghampiri cewek itu. Tangannya terulur.
“gua minta maaff” anesa menerima uluran tangan itu. Ia tersenyum
“gua juga” orion duduk di samping anesa
“ga nyangka, kita akn ninggalin sekolah ini” anesa tersenyum
‘dan gua bakal kangen sama loe..’ batin anesa
“loe tau ga nes?” anesa menoleh kea rah orion. Ia menggeleng
“sebelum UN, gua hampa banget ga ngobrol sama loe. Bahkan ga jahilin lie lagi”
Anesa terkikik.
“karna waktu itu loe lagi marah sama gua pas loe diselimuti rasa egoism” tukas anesa. Orion nyengir
“kakak gua haykal masih di rumah loe nes?”
“kok loe tau kalo haykal beberapa bulan lalu ada di rumah gua” anesa manggut-manggut
“dia udah pulang ke rumahnya”
“dari kapan?”
“satu bulan yang lalu, sebelum UN”
Orion terdiam
“loe masih maraha sama dia?” orion masih terdiam
“ga seharusnya loe marah sama dia. Yon. Dia sayang banget sama loe”
“gua marah sama dia karna dia udah ngerebut loe dari gua. Dan loe lebih sayang sama dia kan?”
“yon, gua sayang sama haykal karna gua hanya nganggep dia pelindung gua. He is guardian angel”
“loe ga pacaran?”
Anesa menggeleng. Orion fikir anesa dan haykal memiliki hubungan khusus. Ternyta ia salah besar.
“seminggu lagi gua berangkat ke jepang”ujar anesa membuat orion segera menoleh.
Orion ingin bicara namun ia mengurungkan niatnya.
“dan gua ga bisa ketemu loe lagi” ucap anesa
“kata siap?” Tanya orion dengan cengiran.
“gua, kan tadi gua yang bilang”
“hmm..” gumam orion
“nanti loe anterin gua ke bandara ya..” pinta anesa antusias.
“kalo gua ga mau gimana?”
“ya harus dong..”
Orion menarik hidung anesa membuat gadis itu merengek. Roy menjemput adik tercintanya.
“gua bakal kangen berat sama loe dek”
Anesa ngakak mendengar ucapan kakaknya. Baru kali ini ia mendengar kata kangen darinya. Biasanya mereka ribut bak kucing dan tikus. Tom dan jerry dong?..
“kok loe ngakak sih dek. Gua serius”
“biarin, malah gua pengen jauh-jauh daru loe.haha”
“loe jahat dek”
Roy memarkirkan avanza hijau toscanya di garasi. Keduanya turun
“ayah..” panggil anesa. Didi sedang membaca Koran setelah sampai dari sekolahan anaknya untuk mengambil surat kelulusan.
“ya sayang..”
“nesa berangkat ke jepangnya di percepat dong yah”
“loh kenapa?”
“pengen cepet-cepet menghirup negri sakura” ujarnya semangat sambil membayangkan.
“5 hari lagi kalo gitu, gimana?”
“oke..”

* * * *

Bandara soekarno hatta tidak pernah sepi. Seperti siang itu. Orang-orang berlau lalang memadati bandara. Haykal, roy, sonya, sang ayah dan arya tak lupa mengantar kepergian sang princess. Bi imah pun ikut hadir.
“nanti nesa di sana sama arya, ya sayang” ucap sang ayah.anesa mengangguk.
“jangan nakal! Jangan pernah melanggar aturannya arya, oke”
“oke ayah”
Didi menoleh kea rah arya.
“arya, om titip anesa yah”
“siap om, aku akan menjaganya sebisa dan sebaik mungkin”
“om percaya sama kamu”
Roy menghampiri anesa. Menghambur kepelukannya.
“jangan sering keluar malem loe dek!”
“iya kakakku sayang”
Roy mengembangkan senyumannya. Ia mengecup kening adeknya. Haykal menghampiri
“jaga diri baik-baik ya, nes. Ada salam dari frian sama  orion. Maaf keduanya ya bisa hadir” anesa tersenyum. Sebersit kecewa pun hadir.
Arya membantu membawakan barang-barang anesa. Masuk ke pesawat itu. Pintu pesawat tertutup. Anesa masih merasakan lambaian sang ayah, sang kakak, haykal dan sonya juga bi imah.
“jangan tegang yah..” ucap arya di sampingnya.
Anesa tersenyum, arya merasakan jantungnya tak karuan. Ia mengaturnya sebisa yang ia bisa. Ia menyukai gadis itu.
Anesa baru saja sampai apartemennya. Malam semakin larut. Ia tertidur dengan pulas di kamar barunya. Tanpa menggantikan bajunya. Perempuan setengah baya membukakan gorden kamar anesa. Sang mentari mengintip dari luar jendela
“selamat pagi princess anesa (jepang)” sapa perempuan setengah baya.
Anesa membuka matanya. Ia menggeliat. Ia langsung bangun saat mendapati perempuan setengah baya di sampingnya.
“bunda..” perempuan itu tersenyum.
Anesa menghamburkan tubuhnya ke pelukan sang bunda
“bunda membuat kamu khawatir” ucap anesa
“sebelumnya ayah kamu sudah tau kalo bunda disini sayang”
“lalu kenapa ayah tidak pernah bilang?”
“karena bunda ingin membuat kamu merasa kehilangan bunda, merindukan bunda”
“wahh..bunda jahat” sahut anesa cemberut
“kalo kak roy tau ga?”
“tau dong..” sambil tersenyum
Anesa merasakan dunianya utuh kembali. Selesai sarapan ia diantar oleh arya ke kampusnya. Hokkaido university. Sang mentari memancarkan cahayanya. Mercedez hitam meluncur di negeri jepang
Arya pamit saat anesa telah turun dari mobilnya.
“nanti telpon aja kalo minta di jemput. Oke princess?”
“siap mr.arya”
Ia tersenyum, arya berlalu. Anesa berjalan menuju kampus barunya. Hekkaido university jepang.
Orion celingukan mencari seseorang. Ia berharap pagi ini ia akan di pertemukankembali
“orion..” panggil salah satu teman barunya, richi.
Orion menpleh
“cari siapa kamu(jepang)” sapa richi
“temenku dari Indonesia(jepang)” sahut orion.
Richi manggut-manggut.
Haykal menyeret  kakinya dengan gontai. Hampa. Perasaannya bertepuk sebelah tangan. Ia pun merelakan pujaannya menjadi milik adik kandungnya. Orion.
“haykal..” panggil alex.
“angel dalam bahaya..”
Alex menunjukkan dimana angel berada. Gudang kampus. Langkah keduanya tergesa-gesa. Rasa panic menyelimuti hatinya
Angel terus di tarik paksa oleh robi agar cewek itu masuk kedalam gudang dan melayani nafsunya. Akal sehat robi menghilang. Kini nafsu birahinya memuncak. Angel terkapar di lantai. Ia berusaha berontak.
“cewek murahan. Gua tau loe pasti akan menikmatinya! Ga usah munafik deh loe..” gertak robi. Angel menangis.
Haykal mendobrak pintu gudang membuat keduanya terlonjak.
“ada sang pahlawan, rupanya..” robi menghampiri haykal.Ia menyeringai. Pisau itu segera robi cabut.
“hutang gua udah lunas1” desis robi.
Ia berlari meninggalkan gudang. Angel bangkit menahan tubuh haykal yang hamper ambruk. Alex pun menahan dari belakang.
“robi sialan!” umpat alex.Mereka berdua segera membawa haykal ke rumah sakit
Angel dan alex menunggu di koridor kamar ICU. Duduk. Angel mondar-mandir panic. Robi telah tertangkap polisi ataas perbuatannya yang keji itu.
Anesa duduk di taman. Tak jauh dari kampusnya. Baru selesai mendaftar registrasi ulang. Laptop di pangkuannya. Ia sedang membuka emailnya.

Sonya_jutek
            Hay beb..kangen banget gua ma loe. Loe sehatkan disana?semoga! gua masuk UIN sekampus sama abangnya orion. Haykal. Yang naksir sama loe itu tuh.
Oh ya, gua harap loe harus bersabar setelah nerima kabar dari gua. Haykal meninggal, beb. Itu semua ulahnya robi saat dia menolong angel yang tengah dalam bahaya di gudang. Loe harus sabar ya..
                                                                                                            Love
                                                                                                            Sonya

Butiran Kristal bening meluncur di pipin anesa. Mengalir bak anak sunga. Merambas. Dadanya terasa nyeri. Ia membuka folder yang berisi foto-foto bersama haykal. Saat haykal membuatnya tersenyum, kejutan dan segala tetek bengek haykal berputar dalam memory otaknya. Ia merindukan sosok itu, sang guardian angel.
Ada sosok lain yang menyodorkan tissue kehadapannya. Sosok itu tersenyum
“kurasa tissue ini bermanfaat untukmu, princess (jepang)” sahut seseorang
 anesa mengangkat wajahnya. Menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Ia terperangah.
“o-orion..”
Orion tersenyum.
“gua tau, loe sangat kehilangan dia. Tapi gua, gua yang lebih jauh kehilangan abang gua sendiri, nes” anesa terdiam. Orion duduk di samping anesa
“kok loe disini?”
“gua kan udah bilang kalo kita akan selalu bersama” orion menghapus air mata anesa yang mulai surut dengan ibu jarinya.
“haykal abang gua akan selalu menemani gua di saat gua rapuh, sedih dan senang. Dia akan selalu ada di sini..” terangnya. Ia menunjuk hatinya. Anesa tersenyum. Manis.
“princess anesa..” anesa menoleh
“jangan pernah merasa kehilangan seseorang yang menjagamu di masa lalu. Gua yakin, dia ikut tersenyum kalo loe bahagia.loe harus senantiasa mengenangnya” tutur orion.
“dan mulai saat ini…gua lah guardian angelmu” sahut Orion. Orion menarik kedua tangan Anesa dengan lembut.
“Gua akan selalu mengenangnya” bisik Anesa. Anesa merogoh sakunya. Ia mengeluarkan ponsel.

            Ngga’ usah d jemput mas, Nesa dianter Orion

Nesa mengirim pesan singkat ke Arya. Orion menghentikan mobilnya di parkiran apartemen Anesa. Keduanya turun. Berjalan bersampingan. Canda tawa mengiringi keduanya. Pintu apartement terbuka. Anesa terhenyak saat melihat orang-orang di dalamnya. Orion dengna setia berdiri di sampingnya. Senyum Anesa melebar.
“Ayah..kak Roy..” seru Anesa. Anesa menghambur kepelukan sang ayah
“Kok ayah ngga’ bilang-bilang sih kalo mau kesini?” sang ayah hanya tersenyum
“Gua kangen loe dek..” sahut Roy mencubit hidungnya di jawab dengan rengekan Anesa

Orion dan Anesa berdiri di atap apartement. Menikmati negeri barunya. Jepang. Anesa merentangkan keduanya. Menghirup udara segar.
“Thanks ya ri. Loe memang guardian angel setelah Roy dan Haykal” Anesa tersenyum bahagia
“Musim semi akan tiba. Pokoknya loe harus ngajak gua ke suatu tempat. Menikmati gugurnya sakura” tandas Anesa di selingi candaan.
“Apapun yang loe mau, gua akan selalu ada. I’ll be there for you” sahut Orion
Anesa tersenyum. Orion pun tersenyum. Keduanya menghirup udara segar Negeri sakura

END



0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates