Welcome to our site

welcome text --- Nam sed nisl justo. Duis ornare nulla at lectus varius sodales quis non eros. Proin sollicitudin tincidunt augue eu pharetra. Nulla nec magna mi, eget volutpat augue. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Integer tincidunt iaculis risus, non placerat arcu molestie in.

KEKASIH SEJATI

Rabu, 29 Januari 2014


Zhiva terpekur dengan bacaan di tangannya, bacaan yang membuat kaum hawa maupun adam terbawa kedalam sebuah penghayatan, imajinasi dan seolah-oleh peran di dalamnya adalah kita sendiri. Memang sungguh luar biasa kumpulan novel-novel habiburrahman el-Shirazy telah terkoleksi di kamar Zhiva, ia begitu mengagumi penulis novel itu.
Ia masih duduk manis dengan novel di tangannya tanpa ingin diganggu. Penumpang masih kosong, hanya beberapa bagian didalamnya.
Zhiva tersenyum simpul saat melihat bangku disampingnya masih kosong. Ia pun merasa lega, kondektur mempersilahkan para penumpang untuk segera duduk dengan tenang. Membaca di dalam bis membuatnya merasa pusing. Ia pun memutuskan untuk tidur saja. Perlahan-lahan sang sopir meluncurkan bisnya bagaikan kura-kura yang keluar dari persembunyiannya.
“Bismillahirrahmannirrahim…… Ya Allah lindungilah hamba-Mu ini dari segala godaan-godaan syeitan yang terkutuk, hanya kepada-Mu lah hamba berlindung’. Bathin Zhiva.
Dengan sekejap, zhiva menutup matanya, Ia lelah, rasanya ingin cepat-cepat kembali ke penjara suci di Benda.
Bis terseok ke kanan, membuat para penumpang terbangun kea lam bawah sadarnya. Zhiva membuka matanya, ia terlonjak saat kepalanya tengah bersandar di bahu seorang pria. Ia segera mengangkat kepalanya dari sandaran bahu nan kekar di sampingnya. Sambil menahan malu, ia memalingkan wajahnya ke arah jendela, mukanya merah padam, bias-bisanya ada seorang pria disampingnya/.
“Maaf! Ucap Zhiva, pria itu menoleh ke arahnya sambil tersenyum manis ‘ “batin Zhiva”.
“Astagfirullah, kenapa aku bilang seperti itu? Maafkan hamba-Mu ini ya Allah”bation Zhiva.
Memang benar kenyataannya seperti itu, pria disampingnya memang manis. Ia mempunyai lesung pipi di kedua pipinya, apalagi senyumnya.
Hening ………..
Zhiva tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak bisa menutup matanya kembali untuk melanjutkan bunga tidurnya. Zhiva mengintip jam yang bertengger di tangan kirnya pukul 09.45 WIB “masih lama sekali” pekiknya. Novel yang sedari tadi ia abaikan sempat ia baca lagi.
“Nyuwun sewu, mbak’e bade teng pundit nggih? “Tanya pria itu Zhiva tidak segera menjawab.
‘mbak’e? “ sahut pria itu lagi
“kulo bade teng pondok mas”
“pondok mana mbak’e?”
“Alhikmah 2 Benda” pria itu mengangguk tanda mengerti
“Santri alhikmah atau …?” pertanyaan pria itu menggantung, Zhiva mengernyitkan keningnya.
“atau apa mas?”
“ atau ada saudara di sana?”jawab pria itu salah tingkah
“saya santri alhikmah”
Pria itu kembali menganggukkan kepalanya.
Hening …………
Zhiva melemparkan pandangannya ke luar jendela, matahari mulai condong ke ufuk barat, cahayanya bersembunyi di balik awan tebal, gerimis masih menyisakan butiran-butiran kristal membuat jalan yang beraspal menjadi kian licin.
Deburan ombak terlihat indah dari kejauhan, burung-burung menari-nari di angkasa, gerimis belum juga reda, semburat di wajah Zhiva menahan rasa khawatir, perjalanan masih jauh ia pun merasa lelah dan pusing, tanpa ia sadari, matanya mulai terpejam.
Sang kondektur membangunkannya, Zhiva terbangun dari alam bawah sadarnya, pria disampingnya telah menghilang, hanya kertas yang pria itu tanggalkan, ia memungut kertas itu dan menyelipkannya di halaman novel yang sedari tadi bertengger di pangkuannya.
“mbakk’e, kaligadung sebentar lagi turun” ucap sang kondektur.
“oh nggih mas, maturnuwun nggih”
Zhiva merapihkan kerudung merahnya, mengambil ranselnya dan ia pun berdiri dan bersiap-siap untuk segera turun.
Zhiva duduk manis didalam angkot. Ia tersenyum membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu, teringat pada kertas yang ia simpan dari pria itu.
Assalam’alaikum
Wahai para penghuni syurga
Maaf  jika aku lancing meninggalkan kertas nan suci yang telah tergores oleh tinta biru ini.
Senang berkenalan dengan mu, meskipun aku belum tau siapa namamu, semoga di lain waktu, kita dapat bertemu kembali.
Zhiva terpana saat melihat gambar dirinya didalam kertas itu yang sedang membaca novel dengan mimic yang serius namun memiliki mata yang teduh.
“ benar-benar  pelukis yang handal”
Ia kembali menyelipkan kertas itu dan memasukannya ke ransel bersama novel yang telah ia baca.
****
“ukhti Zhiva panggil seorag santri
Zhiva mengentikan langkahnya di depan masjid An-Nur
“Dalem”
Dua orang santiwati menghambur kedalam pelukannya
“kangen sama ukhti”
Zhiva tersenyum
“gimana hafalan kalian, selama ukhti nda hadir? “ Tanya Zhiva dengan lembut.
“ukhti Aisyah yang mbadali, hafalan kami alhamdulillah lancar”
“alhamdulillah kalo gitu “mereka tersenyum.
“ukhti pamit dulu yah, ingin segera ketemu mbak-mbak pengurus di kantor pondok, Assalamu’alaikum “ pamit Zhiva.
“hati-hati ukhti, wa’alaikum salam”
Pondok pesantren Al Hikmah 2 terletak dibawah kaki Gunung Slamet Desa Benda, suasananya nyaman, udaranya sejuk, apalagi jika musim hujan.
Sang mentari telah menutup matanya, adzan maghrib telah usai berkumandang. Bel di kantor pondok menjerit-jerit memanggil para santri untuk segera melaksanakan berjama’ah maghrib di masjid An-Nur.
“semua santri harap mendatangi masjid An-Nur guna melaksanakan shalat maghrib berjamaah dilanjutkan dengan pengajian ilmu alat dan madinnya masing-masing” seru Zhiva di kantor pondok dengan speaker yang telah disediakan, penuturannya tetap tenang. Santri putri yang jumlahnya beribu-ribu santri. Berjalan melewati jalur suci tanpa memakai sandal. Pengurus keamanan tengah berdiri di pintu gerbang mencari mangsa untuk di ta’zir.
“ukhti aisyah” panggil Zhiva.
“dalem”
“malam ini ana masuk kelas ilmu alat nda apa-apa kan?”
“nda apa-apa, masuk kelas apa?”
“ilmu alat kelas IX MTs”
“Aisyah mengangguk, lalu tersenyum”
“syukron ya ukhti”
“afwan ukhti Zhiva aisyah tersenyum.
*****
“ukhti Zhiva dipanggil Abah Yai di ndalem baru”
“inggih ukhti, maturnuwun”
Zhiva melangkahkan kakinya menuju ndalem baru.
“assalamu’alaikum Abah” ucap Zhiva setelah sampai didalem.
“wa’alaikumsalam nduk”.
Zhiva duduk di lantai menghadap sang pengasuh pondok.
“ada yang ingin abah bicarakan sama sampeyan, nduk”
Zhiva membenarkan posisi duduknya, sesekali ia menundukkan kepalanya.
“malam ini, ada seseorang yang ingin ta’arufan dengan mu nduk”
“jedder”
‘bagaimana mungkin? Aku Zhiva, santri yang sedang menimba ilmu dalam pengawasan Abah-Umi. Semoga ta’arufani ini hanya sekedar ta’arufan biasa. Hanya engkau kekasih sejatiku pemilik cinta yang agung ‘batin Zhiva’.
Abah Yai memperkenalkan seorang pria dan mengajaknya duduk di sebelahnya. Zhiva masih menunduk.
“ini Ghifari, nama lengkapnya Adib Ghifari. Alumni MAK lulusan 2012”.
Zhiva terlonjak saat melihat pria dihadapanya.
“bagaimana  mungkin ini bisa terjadi? Apa? Alumni MAK? Bukankan dia…
“nduk…”panggil Abah Yai”
“dalem abah”
“Ghifar ini Zhiva, pengurus santri putri. Dia sekarang sedang menuntut ilmu di perguruan Ma’had Ali” tutur abah.
“bagaimana nduk Zhiva?”
“ akan ana bicarakan dengan orang tua anak, Abah”
Seusai ta’arufan antara Ghifari dan Zhiva, Zhiva sering melamun, membuat para pengurus terheran-heran melihat tingkahnya menjadi seorang pendiam.
****
Keluarga Ghifari dan Zhiva telah mendarat di penjara suci siang tadi. Kedua keluarga itu saling ta’arufan.
“jadi bagaimana keputusannya nak Zhiva?” Tanya ayah Ghifari.
“sesungguhnya cinta ini terlahir hanya milik Illahi Rabbi. Saya masih ingin menimba ilmu di bawah naungan Abah-Umi di Alhikmah ini. Ilmu yang bermanfaat dan akan saya persembahkan untuk kedua orang tua saya. Juga untuk bekal saya nanti di dunia maupun di akhirat”.
“Abah selalu mendoakan yang terbaik untuk santri-santri abah, nduk”
“hasil istikharah semalam….”
Deg!
Jantung Ghifar berhenti sejenak.
“ apa nak?” Tanya ayah Zhiva.
Zhiva memandang kedua orang tuanya.
“ bunda serahkan sama kamu nak, jika memang nak Ghifar pilihan yang tepat untuk kalian” Zhiva menggenggam erat tangan bundanya.
“keputusannya ….
Saya rasa ta’arufan ini di tunda saja. Saya masih ingin menyelesaikan kuliah saya,. “Zhiva menghela nafas. “
“dan saya rasa, saya masih ingin mengabdi pada orang tua saya. Ilmu yang saya dapatkan masih sebesar biji jagung, saya ingin meraihnya walaupun itu setinggi langit’.
“berapa tahun lagi ana harus menunggu antunna ya ukhti?” Tanya ghifar lembut.
“ mungkin 3 tahun lagi”
“ ana akan tunggu antuna berapapun lamanya” jawabnya tersenyum.
“semoga cinta kalian disatukan oleh pemilik  cinta sejati”
Sahut abah Yai, mereka tersenyum.
Ya Allah ….
“Semoga setelah ta’arufan ini terjadi. Hamba bisa lebih konsentrasi lagi dalam belajar sampai aku mendapat gelar sarjana. Apapun rintangannya/’
“apapun Rahasia-Mu akan aku jalani sebaik mungkin.
Lindungilah hamba-Mu ini dengan kasih-Mu agar cinta ini selalu suci tanpa ternodai secuilpun. Amiin.
Pondok Alhikmah
Pondok pilihanku
Dambaan orang-orang beriman
Wahai santri-santri marilah berjuang
Tuk jadi santri hakiki
Wahai teman-teman raihlah prestasi
Tuk jadi masa depan yang terang

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates